Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sejumlah Proyek Rampung, Laba Harita Nickel (NCKL) Terkerek

HPL_OPERASIONAL_24012024_8.jpg
Area operasional PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel di Pulau Obi. (Dok. Harita Nickel)
Intinya sih...
  • Pendapatan dari kontrak pelanggan naik dari Rp23,8 triliun pada 2023 menjadi Rp26,9 triliun pada 2024.
  • Penjualan bijih nikel dan produk pengolahan meningkat, dengan penyelesaian pembangunan smelter RKEF kedua PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF).

Jakarta, FORTUNE - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), yang lebih dikenal dengan nama Harita Nickel, sukses membukukan kinerja keuangan mentereng sepanjang 2024. Laba bersihnya melesat 13,5 persen, menyentuh angka Rp6,3 triliun, dibandingkan dengan raihan tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,6 triliun.

Kenaikan laba signifikan ini sejalan dengan performa pendapatan perusahaan yang juga ikut meningkat. Dari laporan keuangan konsolidasian yang dirilis, terlihat pendapatannya dari kontrak dengan para pelanggan mencapai Rp26,9 triliun pada 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan dari 2023 yang sebesar Rp23,8 triliun. Tidak hanya itu, keuntungan kotor perusahaan ikut menguat, dari Rp8,2 triliun menjadi Rp8,4 triliun.

Salah satu kunci moncernya pendapatan Harita Nickel adalah kontribusi besar dari Lygend Resources & Technology Co., Ltd., perusahaan asal Tiongkok. Pada 2024, Lygend menyumbang pendapatan Rp14 triliun, melonjak tajam dari Rp10,3 triliun pada tahun sebelumnya.

Selain itu, penjualan ke Glencore International AG, perusahaan asal Swiss, juga mengalami peningkatan, dari Rp2,7 triliun menjadi Rp3 triliun. Meski demikian, pendapatan dari Ningbo Lygend Wisdom Co., Ltd., yang juga berasal dari Tiongkok, sedikit mengalami penurunan, dari Rp7,4 triliun menjadi Rp6 triliun.

Tidak hanya dari bisnis pengolahan nikel, lini pertambangan Harita Nickel pun menunjukkan performa solid. Penjualan bijih nikel ke perusahaan afiliasi yang bergerak pada bidang pengolahan dan pemurnian nikel mencapai 23,75 juta wet metric ton (wmt). Sementara itu, dari sektor pengolahan dan pemurnian, Harita Nickel berhasil menjual 126.344 ton feronickel (FeNi), 63.431 ton mixed hydroxide precipitate (MHP), serta 38.622 ton Nikel Sulfat (NiSo4) sepanjang tahun lalu.

Menurut Direktur Keuangan Harita Nickel, Suparsin D. Liwan, keberhasilan ini tidak dapat dilepaskan dari rampungnya sejumlah proyek strategis perusahaan. Ia menyatakan perusahaan akan terus berupaya menjaga kestabilan finansial dan meningkatkan efisiensi operasional.

"Kami fokus menjalankan operasi secara efisien, menyelesaikan proyek yang masih dalam tahap konstruksi, serta terus meningkatkan standar operasional agar kondisi keuangan perusahaan tetap terjaga," kata dia dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis (27/3).

Salah satu tonggak penting yang berhasil dicapai adalah beroperasinya secara penuh refinery kedua milik PT Obi Nickel Cobalt (ONC) sejak Agustus 2024. Dengan berfungsinya fasilitas ini, total kapasitas pemurnian nikel berkadar rendah Harita Nickel kini mencapai 120.000 ton kandungan nikel dalam bentuk MHP per tahun.

Pada 2023, Harita Nickel juga telah menyelesaikan pembangunan smelter RKEF kedua milik PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), yang memiliki kapasitas produksi 120.000 ton kandungan nikel dalam bentuk FeNi per tahun.

Strategi efisiensi hadapi tantangan industri nikel

Kendati demikian, Harita Nickel menyadari industri nikel global masih dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, persaingan yang semakin sengit, hingga kenaikan biaya operasional akibat kebijakan baru pada tingkat nasional maupun internasional.

Sebagai langkah antisipasi, perusahaan mulai membangun pabrik kapur tohor (quicklime), yang berperan sebagai bahan pendukung dalam proses hidrometalurgi HPAL. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi biaya bahan baku.

Harita Nickel juga memperketat biaya operasional pada seluruh unit bisnisnya, serta meningkatkan standar operasional agar selaras dengan praktik pertambangan bertanggung jawab.

Saat ini, perusahaan tengah menyelesaikan proses audit demi beroleh sertifikasi Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), yang sejalan dengan prinsip keberlanjutan environmental, social, and governance (ESG).

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us