Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Serangan Israel ke Iran Picu Kepanikan Pasar, Harga Minyak Naik 6%

Ilustrasi tambang minyak.
Ilustrasi tambang minyak. (ShutterStock/Corona Borealis Studio)
Intinya sih...
  • Harga minyak dunia naik lebih dari US$4 per barel, mencapai level tertinggi dalam lima bulan setelah Israel menyerang Iran
  • Pasar keuangan Asia langsung jatuh, dengan bursa saham turun dan investor beralih ke aset yang lebih aman seperti emas dan mata uang Swiss franc
  • Ada ketegangan di pasar pasokan minyak dunia karena kemungkinan penutupan Selat Hormuz sebagai jalur penting pengiriman minyak dunia

Jakarta, FORTUNE - Harga minyak dunia naik lebih dari US$4 per barel, mencapai level tertinggi dalam lima bulan. Lonjakan ini terjadi setelah Israel menyerang Iran, meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan memicu kekhawatiran pasar pasokan minyak dunia akan terganggu.

Dilansir dari Reuters, harga minyak Brent naik US$4,60 atau 6,63 persen menjadi US$73,96 per barel. Sementara itu, minyak mentah AS (WTI) naik US$4,99 atau 7,33 persen ke level US$73,03 per barel. Ini adalah kenaikan  terbesar sejak 2022, saat invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan lonjakan harga energi global.

Israel mengatakan bahwa mereka menyerang fasilitas nuklir dan pabrik rudal Iran, serta membunuh beberapa komandan militer. Serangan ini disebut sebagai awal dari operasi jangka panjang untuk mencegah Iran membangun senjata nuklir.

Analis dari RBC Capital, Helima Croft, mengatakan yang menjadi pertanyaan penting saat ini adalah apakah Iran hanya akan membalas serangan Israel atau akan memperluas serangan ke negara-negara lain dan infrastruktur penting di wilayah tersebut?

Beberapa pedagang minyak di Singapura menyebutkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah serangan ini akan memengaruhi pengiriman minyak dari Timur Tengah. Dampaknya akan tergantung pada bagaimana Iran merespons dan apakah Amerika Serikat akan ikut campur.

Namun, salah satu kekhawatiran terbesar pasar saat ini adalah soal kemungkinan penutupan Selat Hormuz sebagai  jalur penting pengiriman minyak dunia. Sebab, sekitar 20 persen konsumsi minyak dunia atau sekitar 18–19 juta barel per hari melewati selat ini.

Analis dari Barclays, Amarpreet Singh, mengatakan bahwa pasar minyak memang terguncang, tetapi sejauh ini belum ada dampak nyata terhadap produksi minyak Iran. Namun, jika konflik meluas ke negara penghasil minyak lainnya, bisa terjadi gangguan besar dalam pengiriman minyak dan gas.

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan Israel akan menerima balasan keras atas serangan tersebut.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan bahwa serangan ini adalah tindakan sepihak oleh Israel dan Amerika tidak terlibat. Ia juga memperingatkan Iran untuk tidak menyerang kepentingan atau personel AS di kawasan tersebut.

Croft dari RBC menambahkan, jika pasokan minyak terganggu, Presiden Trump kemungkinan akan meminta OPEC mengeluarkan cadangan minyaknya untuk menstabilkan harga dan melindungi konsumen AS.

Dampak ke pasar saham dan keuangan

Di pasar keuangan, bursa saham Asia langsung jatuh, terutama karena investor menjual saham dan beralih ke aset yang lebih aman seperti emas dan mata uang Swiss franc.

Di kutip dari euronews.com, indeks Nikkei Jepang turun 0,89 persen, bersamaan dengan indeks kospi di Bursa Saham Korea yang terkontraksi 0,87 persen, Hang Seng Hong Kong 0,91 persen, Shanghai Composite 0,75  persen dan ASX 200 Australia yang turun 0,21 persen.

Senior Economist dari The Economist Intelligence, Xu Tiachen mengatakan serangan Israel ini termasuk dalam "10 risiko global terbesar". 

“Namun pasar Asia diperkirakan pulih lebih cepat karena keterlibatannya dalam konflik terbatas dan hubungan dagang yang kuat dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab,” katanya. 

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us