MARKET

Harga Emas Naik Sentuh Rekor Tertinggi, Ini Penyebabnya

Harga emas Antam naik Rp14.000 menjadi Rp967.000 per gram

Harga Emas Naik Sentuh Rekor Tertinggi, Ini PenyebabnyaIlustrasi emas. Shutterstock/Pixfiction
18 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi yang belum pernah tercapai dalam delapan bulan terakhir, melampaui US$1.900. Aset kategori safe haven kembali memikat para investor ditopang oleh sejumlah faktor. 

Sebagai informasi, harga emas spot menguat US$28 atau 1,54 persen di level US$1.898 per troi ons pada penutupan perdagangan kemarin (17/2). Bahkan berhasil menyentuh kisaran tertingginya sejak Juni 2021, yakni US$1.901 per troi ons. Emas berjangka AS juga naik 1,6 persen menjadi US$1.902 per troi ons.

Menurut Pengamat Komoditas dari Monex Investindo, Ariston Tjendra, hari ini penguatan harga emas berpotensi berlanjut menuju kisaran US$1.916 per troi ons. “Sementara kisaran support (berada) di level US$1.880–US$1.870 per troi ons,” katanya.  kepada Fortune Indonesia, Jumat (18/2).

Sementara di dalam negeri, mengutip Logammulia.com, harga emas Antam hari ini terpantau naik Rp14.000 per gram ke Rp967.000 per gram. Sedangkan untuk pembelian kembali (buy back), justru naik lebih tinggi mencapai Rp15.000 menjadi Rp872.000 per gram. 

Lantas, faktor apa saja yang mampu mendongkrak harga emas hingga mencapai kenaikan tertingginya?

Konflik antara Rusia dan Ukraina yang kembali memanas

Jika pasar modal mulai khawatir konflik Rusia dan Ukraina kembali menegang akan merontokkan harga saham, maka pasar komoditas emas justru mengalami hal sebaliknya.

Di tengah potensi penurunan akibat memanasnya kondisi geopolitik, para pelaku pasar mencoba melindungi nilai aset. “Dengan masuk ke aset safe haven emas,” kata Ariston.

Mengutip Reuters, Analis Senior Kitco Metals pun berpendapat demikian. Emas dan aset kategori safe haven akan menjadi pilihan ketika ketidakpastian meningkat dan kecemasan pasar kian meninggi. Praktis, eskalasi ketegangan itu justru memicu penguatan harga emas.

Sebagai catatan, media Rusia kemarin melaporkan, militer Ukraina menembakkan mortir ke lokasi separatis LPR di Ukraina yang mendukung Rusia. Namun, Ukraina membalikkan tuduhan itu kepada pasukan pemberontak. Dikhawatirkan, serangan itu dapat memancing serangan Rusia ke Ukraina.

Presiden AS, Joe Biden mengatakan, terdapat indikasi Rusia berniat menyerang Ukraina. Namun, petinggi Moskow justru membantah dengan pernyataan AS merupakan propaganda. 

Risiko kenaikan inflasi global

Pasar juga masih mencemaskan risiko kenaikan inflasi global. IMF telah memperingatkan naiknya inflasi di sebagian besar negara dalam G20 akan membawa dampak signifikan terhadap ekonomi global.

Meski menurut IMF ekspektasi inflasi jangka panjang tetap akan terkendali berkat kerangka kebijakan yang kuat, risiko melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia masih membayangi.

Dalam risetnya, Pilarmas Investindo Sekuritas menyatakan IMF yang memangkas pertumbuhan ekonomi global menjadi 4,4 persen. Hal itu dikarenakan adanya pembatasan aktivitas di Eropa, Jepang, dan Inggris telah menekan kegiatan sektor jasa dalam beberapa bulan belakangan. Penyebaran virus Covid-19 juga merusak sentimen konsumen Amerika Serikat (AS).

IMF memperkirakan, gangguan pasokan mungkin telah mengurangi pertumbuhan PDB global sekitar 0,5– 1 persen pada 2021 dan mendongkrak inflasi inti sebesar 1 persen. Ke depannya, pelemahan aktivitas ekonomi masih bisa terjadi jika kembali muncul varian baru Covid-19 yang lebih berbahaya.

“Kondisi ini dapat membebani output dan memicu inflasi upah, yang dalam jangka waktu dapat mendorong pengetatan kebijakan moneter lebih awal dari perkiraan, di negara-negara maju utama, khususnya AS,” papar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus dalam  riset harian.

Analis Pasar Senior di OANDA, Craig Erlam menilai, emas dan aset safe haven menawarkan perlindungan inflasi di saat kondisi seperti itu. Terlebih, di tengah prospek kenaikan harga minyak dan gas yang lebih tinggi.

Related Topics