Pasar Domestik Dinilai Kurang Atraktif, IHSG Diramal Terkoreksi Lagi
Sebab, pasar Cina diwarnai sentimen positif.

Fortune Recap
- IHSG diperkirakan melemah lagi menuju level 6.958 sebagai support Fibonacci
- Level support IHSG berada di 7.056, 6.958, dan 6.875, sementara level resistennya di 7.153, 7.249, dan 7.370
- Penurunan inflasi Indonesia memicu kekhawatiran terhadap konsumsi rumah tangga yang masih tertekan
Jakarta, FORTUNE - Binaartha Sekuritas kembali memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) melemah lagi, Selasa (3/12).
Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova memproyeksikan IHSG akan melanjutkan fase downtrend menuju level 6.958 sebagai support Fibonacci berikutnya karena telah menembus di bawah 7.056 pada hari Senin. "IHSG dapat memulai rebound nanti apabila tetap berada di atas 6.958," jelas Ivan dalam riset hariannya.
Adapun, level support IHSG berada di 7.056, 6.958, dan 6.875,. Sementara level resistennya di 7.153, 7.249, dan 7.370. Berdasarkan indikator, MACD menunjukkan kondisi netral.
Ivan memprediksi IHSG hari ini bergerak di antara level 7.005 dan 7.070. Daftar saham pilihannya hari ini, terdiri dari: AKRA, GOTO, PGEO, PTBA, dan UNTR.
Di sisi lain, Phintraco Sekuritas (Phintas) memperkirakan IHSG hari ini melaju di antara support 7.000, pivot 7.050, dan resisten 7.100. Head of Research Phintas, Valdy Kurniawan mengatakan, investor mesti mewaspadai level psikologis yang sekaligus menjadi critical support level IHSG di 7.000 pada perdagangan Selasa (3/12).
"Dengan breaklow 7.100, MACD membentuk death cross dan cenderung memperlebar negative slope," jelas Valdy dalam riset hariannya.
Penurunan inflasi Indonesia ke 1,55 persen (YoY) pada November 2024 dari 1,71 persen (YoY) pada Oktober 2024 memicu kekhawatiran bahwa konsumsi rumah tangga masih tertekan. Padahal konsumsi rumah tangga paling diharapkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali ke atas 5 persen di kuartal IV 2024.
Sudah begitu, kenaikan terbatas indeks manufaktur Indonesia ke 49,6 di November 2024 dari 49,2 di Oktober 2024 belum banyak membantu.
Dari eksternal, indeks manufaktur Tiongkok justru menunjukan peningkatan signifikan ke 51,5 di November 2024 dari 50,3 di Oktober 2024. Kondisi ini diperkirakan menjadikan pasar modal Indonesia kurang atraktif dari kompetitornya di regional Asia.
Meski demikian, menurut Valdy, masih ada saham yang dapat diperhatikan di Selasa (3/12), di antaranya PGAS, ISAT, SRTG, UNTR, dan BDMN.