Saham GOTO dan BUKA Dua Hari ARB Bersama, Ada Apa?
Saham teknologi terdampak tren kenaikan suku bunga.
Jakarta, FORTUNE - Saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) amblas hingga hampir sentuh ARB atau auto rejection bawah, Selasa (10/5). Karena tergolong saham berkapitalisasi jumbo atau big cap, GOTO jadi salah satu penyebab Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah.
Mengutip RTI Business, saham GOTO terjun 6,30 persen ke level 238 pada sesi perdagangan Selasa pagi; melanjutkan tren penurunan pada Senin (9/5). Investor asing pun terpantau melakukan aksi jual bersih hingga Rp1,31 miliar di semua pasar.
Di penghujung perdagangan pagi, volume perdagangan GOTO berjumlah 172,39 juta dengan nilai transaksi Rp41,04 miliar dan frekuensi perdagangan 6.625 kali. Tak ayal, kapitalisasi GOTO pun tergerus menjadi Rp281,88 triliun.
Saham emiten teknologi lainnya, PT Bukalapak.com (BUKA), pun mengalami ARB akibat terjun 6,74 persen ke level 332. Kapitalisasi pasarnya turut terkikis menjadi Rp34,22 triliun.
Saham teknologi rentan di tengah kenaikan suku bunga The Fed
Menurut Indo Premier, tren kenaikan suku bunga The Fed berdampak signifikan terhadap saham-saham teknologi di pasar global; dengan peluang kenaikan beban keuangan.
Saham Meta dan Alphabet masing-masing tekoreksi 3,7 persen dan 2,8 persen. Sementara itu, Amazon amblas lebih dari 5 persen.
Sebagai catatan, saat ini yield obligasi tenor 10 tahun Amerika Serikat (AS) diperjualbelikan melampaui 3 persen. Itu level tertinggi sejak penghujung 2018.
IHSG kembali terbakar di sesi perdagangan pagi
Akibatnya, IHSG terus memerah sepanjang perdagangan sesi I hari ini; jatuh ke level 6.709,76 karena terkoreksi 2,89 persen. Tercatat ada 480 saham yang terbakar alias melemah dan 105 saham stagnan.
Di sisi lain, hanya ada 92 saham emiten yang menguat pagi ini, di antaranya: UNVR (+8,98 persen), KLBF (+5,23 persen), ICBP (+4,73 persen), HMSP (+3,24 persen), PGAS (+3,10 persen), INDF (+2,86 persen), dan MYOR (+0,91 persen).
Kejatuhan indeks acuan global
Melalui riset, Direktur MNC Asset Management, Edwin Sebayang menyoroti ihwal fenomena aksi jual di bulan Mei atau sell in May and go away, yang sepertinya berlangsung pada 2022.
“Selasa ini, awan mendung tekanan jual di bursa Indonesia diestimasikan masih berlangsung, membuat IHSG diperkirakan bakal melemah di bawah 6.900,” jelasnya, lalu menambahkan efek dari kejatuhan tajam indeks acuan saham di Negeri Paman Sam.
Sebagai catatan, Indeks Dow Jones Index New York terkoreksi 1,99 persen pada Senin (9/5) waktu setempat. Bahkan, IXIC atau Nasdaq amblas hampir 4,3 persen; sedangkan S&P500 terkoreksi 3,2 persen.