Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan lima agenda prioritas terkait kerja sama kebanksentralan di Presidensi G-20 Indonesia. Perry menyampaikan koordinasi mengenai kebijakan moneter dan sektor keuangan untuk mendorong ekonomi bersama diperlukan agar pemulihan ekonomi global bisa lebih seimbang atau tidak menimbulkan dampak rambatan terhadap negara-negara berkembang.
“Koordinasi perlu direncanakan, diperhitungkan, dan dikomunikasikan secara baik. Sehingga bisa pulih bersama untuk mendukung pemulihan ekonomi dan mengurangi atau menghilangkan dampak yang tidak diinginkan kepada pada negara berkembang,” kata Perry Warjiyo saat Konferensi Pers G-20 secara daring, Selasa (14/9).
Koordinasi kebijakan moneter dan sektor keuangan menjadi agenda prioritas Bank Sentral. Perry menjelaskan, ekonomi global sudah mulai membaik, bahkan negara-negara maju sudah pulih dan mulai berencana mengubah kebijakan serta mengurangi stimulus fiskal, moneter, dan sektor keuangan. Namun, negara-negara berkembang masih membutuhkan kebijakan fiskal, moneter, hingga sektor keuangan.
Agenda kedua adalah koordinasi kebijakan moneter dan sektor keuangan untuk mendorong pertumbuhan yang lebih kuat. Koordinasi tersebut diperlukan karena untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat diperlukan dukungan dari transformasi di sektor riil dan sektor keuangan.
Agenda ketiga adalah kerja sama di bidang sistem pembayaran di era digital. Perry menjelaskan kerja sama kebanksentralan dalam agenda ini terbagi menjadi dua. Pertama kerja sama mengenai digitalisasi sistem pembayaran antarnegara yang akan didorong melalui pembayaran lintas batas.
Dengan demikian, sistem pembayaran bisa mengatasi berbagai permasalahan yang berakibat pada penurunan biaya, mempercepat dan memperluas akses, hingga menghadirkan praktik pasar yang lebih baik. Kedua, kerja sama di bank sentral mencakup juga inisiasi untuk bank-bank sentral mengeluarkan central bank digital currency (CBDC).
“Ada tiga hal yang akan dibahas, yakni bagaimana CBDC menjadi alat pembayaran yang sah dari suatu negara, bagaimana CBDC tetap mendukung tugas bank-bank sentral di moneter, keuangan, pembayaran dan melayani ekonomi, serta bagaimana CBDC mendukung inklusi dan ekonomi dan keuangan,” katanya.
Agenda keempat adalah inisiatif-inisiatif bidang moneter dan sistem keuangan untuk mendukung pembiayaan berkelanjutan yang merumuskan cara agar bank sentral bisa mendukung ekonomi dan sektor riil menjadi lebih hijau dan didukung sektor keuangan. Termasuk juga inisiatif memperluas dan menerbitkan instrumen yang bisa mendukung ekonomi hijau.
Agenda kelima adalah kerja sama di bidang inklusi ekonomi dan keuangan termasuk pembiayaan UMKM secara digital. Perry menyebut, dari sisi bank sentral, dukungan yang akan diberikan melalui sistem pembayaran digital, yakni QRIS.