NEWS

Asosiasi Tolak Keras Kenaikan Harga Tiket Taman Nasional Komodo

Pemprov NTT dinilai memonopoli Taman Nasional Komodo.

Asosiasi Tolak Keras Kenaikan Harga Tiket Taman Nasional KomodoShutterstock/GUDKOV ANDREY
02 August 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) menolak keras kenaikan harga tiket Pulau Komodo menjadi Rp3,75 juta. Asosiasi menduga ada upaya monopoli bisnis di balik penetapan harga tiket yang tinggi, alih-alih digunakan untuk menutupi biaya konservasi. 

Kenaikan harga tiket masuk Taman Nasional Komodo (TNK)–meliputi Pulau Komodo, Pulau Padar, dan perairan di sekitarnya–semula direncanakan berlaku 1 Agustus 2022. Namun, wacana ini menuai pro kontra hingga menyebabkan aksi mogok para pelaku wisata sekitar kawasan. 

Ketua Astindo Labuan Bajo, Ignasius Suradin mengatakan bahwa penerapan tarif konservasi ini sebagai terminologi yang digunakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan PT Flobamor, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi NTT.untuk menggiring opini publik, sehingga menimbulkan banyak mispersepsi di masyarakat.

“Yang terjadi sebenarnya adalah bukan kenaikan tiket masuk dan bukan untuk konservasi. Mereka (Pemprov NTT) ingin memonopoli bisnis di Labuan Bajo, dalam hal ini adalah bisnis operator tur atau agen travel,” kata Ignas kepada Fortune Indonesia, Selasa (2/8).

Hal ini menurutnya tercermin dari penggunaan aplikasi INISA yang baru saja meluncurkan layanan Wildlife Komodo dalam sistemnya, pada Jumat (29/7). “Mereka menggunakan saluran aplikasi ini untuk menggiring para pelaku usaha pariwisata di Labuan Bajo untuk mendaftarkan diri ke mereka. Dengan begitu, mereka punya kekuasaan untuk menentukan harga, menetapkan standar, semuanya, sesuai keinginan mereka,” tuturnya.

Oleh karena itu, asosiasi sudah ‘mengunci’ seluruh rekanan Astindo di Labuan Bajo, mulai dari hotel, restoran, kapal, dan pelaku usaha pariwisata lainnya, untuk tidak bekerja sama dengan INISA. “Karena kami tahu, risikonya adalah mereka akan jadi pemain tunggal untuk menguasai kami di sini,” ujarnya.

Pemanfaatan aplikasi INISA

Pulau Padar.
Shutterstock/B_BEUM

Sementara itu, Koordinator Pelaksan Program Penguatan Fungsi di Taman Nasional Komodo, Carolina Noge, menjelaskan bahwa sistem Wildlife Komodo pada aplikasi NISA merupakan platform yang mendukung upaya konservasi, yang tata kelola kunjungan, dan aktivitas wisatawan yang berkunjung ke TNK.

Dengan data reservasi yang didapat oleh sistem tersebut, kata Carolina, masalah-masalah seperti overtourism, pengelolaan sampah, terumbu karang rusak, perburuan liar, pemancingan illegal, penggunaan pukat harimau, dan overfishing, dapat segera teratasi. “Jika tidak segera diatasi, seiring berjalannya waktu, hilangnya nilai jasa ekosistem kawasan diproyeksikan akan dapat merusak habitat Komodo,” katanya saat peluncuran Wildlife Komodo di aplikasi INISA, (29/7).

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Diparekraf) NTT, Zet Sony Libing, menambahkan bahwa INISA merupakan platform digital untuk berbagai layanan dan fitur, seperti pemesanan tiket pesawat, reservasi hotel, dan penyewaan mobil. Bahkan aplikasi ini dapat digunakan untuk membayar BPJS, listrik, hingga pengisian pulsa ponsel, dan sebagainya.

“Saya berharap tata kelola kunjungan ke Pulau Komodo, Pulau Padar, dan kawasan perairan sekitarnya dapat berjalan menjadi lebih baik, sebagai bukti nyata penerapan pariwisata berkelanjutan,” kata Sony.

Peran PT Flobamor

PT Flobamor.
PT Flobamor. (Flobamor.co.id)

Related Topics