Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi Krisis Listrik Tiongkok. (ShutterStock_ Tomasz Makowski)

Jakarta, FORTUNE - Pemerintah Uganda tengah berupaya mengubah perjanjian pinjaman senilai US$200 juta dari Export-Import Bank of China (Chexim) untuk perluasan bandara Entebbe. Negosiasi itu dilakukan agar pemerintah tak kehilangan kendali atas satu-satunya bandara internasional yang mereka miliki tersebut.

Sejumlah pihak yang mengetahui masalah itu mengatakan kepada Monitor, satu surat kabar independen di Uganda, bahwa salah satu klausul yang ingin diubah pemerintah adalah kewajiban Otoritas Penerbangan Sipil Uganda untuk meminta persetujuan dari Chexim atas anggaran dan rencana strategisnya.

Aturan lain mengamanatkan bahwa setiap perselisihan antara para pihak harus diselesaikan oleh Komisi Arbitrase Ekonomi dan Perdagangan Internasional China, menurut surat kabar itu.

Mengutip Bloomberg, juru bicara regulator penerbangan Uganda dan Direktur Jenderal Cina untuk Urusan Afrika dalam tweet terpisah membantah bahwa pemberi pinjaman China telah mengambil alih bandara. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin juga menolak laporan itu pada konferensi pers reguler di Beijing pada Senin (29/11).

"Semua perjanjian pinjaman ditandatangani atas dasar sukarela," kata Wang. “Yang disebut penahanan atau pengambilalihan proyek atau aset oleh lembaga keuangan Cina murni dibuat dari niat jahat tanpa dasar apa pun," jelasnya sembari menegaskan bahwa tak ada proyek yang diambil alih oleh China karena masalah utang.

Sebagai catatan, pinjaman dari Chexim bank merupakan salah satu proyek Belt and Road Initiative (BRI) atau One Belt and One Road (OBOR) yang telah digencarkan Cina dalam satu dekade terakhir. Proyek itu telah dirundung kontroversi di seluruh dunia karena dinilai sebagai "jebakan utang". Di Sri Lanka, misalnya, pemerintah pada 2017 setuju untuk menyewakan pelabuhan ke perusahaan yang dipimpin oleh Cina Merchants Port Holdings Co. selama 99 tahun dengan imbalan US$1,1 miliar.

Di Pakistan, rencana awalnya untuk membangun pelabuhan laut, jalan raya, rel kereta api, jaringan pipa, lusinan pabrik dan bandara terbesar di negara itu belum terealisasi.

Ambisi Xi Jinping Tunjukan Kekuatan Cina

Editorial Team

Tonton lebih seru di