BI Pastikan Dampak Tapering The Fed Tak Sebesar 2013

Jakarta, FORTUNE - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan dampak tapering atau pengetatan moneter yang dilakukan bank sentral AS, The Federal Reserve, tak akan sebesar tapper tantrum pada 2013. Perkiraan itu didasarkan pada asesmen yang dilakukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menggunakan sejumlah indikator.
"Kesimpulan yang utama bahwa dibandingkan dengan tapper tantrum, pengaruh dan dampaknya dari The Fed tapering ini jauh lebih rendah dari taper tantrum 2013," ujarnya dalam konferensi pers KSSK, Rabu (27/10.
Perry menjelaskan, rendahnya dampak kebijakan The Fed terhadap stabilitas moneter Indonesia juga ditunjang oleh beberapa faktor. Pertama, karena adanya kejelasan komunikasi dari The Fed terkait rencana pengetatan yang bakal dilakukan. Dengan demikian antisipasi pasar menjadi lebih baik dan mengurangi dampak guncang terhadap stabilitas moneter.
"Hal ini terlihat dari dampaknya terhadap forward rate, tingkat US Treasury serta Fed Funds Rate untuk beberapa tahun kedepannya," jelas Perry .
BI sendiri memprediksi bahwa pengetatan yang dilakukan The Fed akan berlangsung secara bertahap, mulai dari mengurangi tambahan likuiditas, pengetatan likuiditas, hingga kemudian menaikkan suku bunga. "Bacaan kami pengurangan likuiditas akan berlangsung sepanjang 2022 dan kemungkinan kenaikan Fed Funds Rate-nya di akhir triwulan tiga 2022 maupun triwulan berikutnya," imbuhnya.
Meski demikian, BI memastikan akan terus memantau perkembangan kondisi berbagai indikator yang dapat mempengaruhi perubahan kebijakan moneter tersebut, termasuk juga di negara-negara lain. "(tapering) itu adalah sesuatu yang dinamis dan kami pantau dari waktu ke waktu. kemungkinan The Fed akan mulai lebih awal dalam pengurangan penambahan likuiditas dan tentu kita lihat waktunya," kata Perry.