Danantara Tanggapi Kabar Investasi pada GoTo di Tengah Isu Merger dengan Grab

- Danantara merespons kabar bahwa pihaknya berinvestasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang dikabarkan akan merger dengan Grab.
- Nilai investasi tersebut diperkirakan mencapai US$7 miliar, dan Danantara akan menggelontorkan nilai investasi senilai US$5 miliar hingga akhir 2025.
- Investasi difokuskan kepada 8 sektor utama, seperti infrastruktur digital, layanan kesehatan, jasa keuangan, dan pangan, serta pertanian.
Jakarta, FORTUNE - Badan pengelola investasi, Daya Anagata Nusantara atau Danantara, menepis kabar yang menyebutkan pihaknya tengah dalam diskusi untuk berinvestasi senilai US$7 miliar pada entitas hasil merger antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan Grab.
Sebelumnya, laporan Bloomberg News menyebutkan bahwa Danantara telah memulai diskusi awal untuk mengakuisisi saham minoritas di perusahaan gabungan tersebut.
"Hal tersebut dapat membantu meredakan kekhawatiran pemerintah Indonesia yang diakibatkan oleh penjualan perusahaan teknologi nasional ke perusahaan Singapura, Grab,” demikian keterangan sumber Bloomberg, dikutip Senin (9/6).
Menanggapi hal ini, Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menyatakan hingga kini belum terdapat pembicaraan lebih lanjut mengenai investasi pada GoTo.
Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa pada prinsipnya Danantara selalu terbuka terhadap peluang investasi yang sejalan dengan mandatnya.
“Setiap keputusan investasi dilakukan secara selektif, melalui kajian yang menyeluruh, dengan menerapkan prinsip manajemen risiko yang baik, serta mempertimbangkan potensi imbal hasil yang berkelanjutan bagi negara,” ujar Stefanus kepada Fortune Indonesia, Senin (9/6).
Terlepas dari isu spesifik ini, Danantara tengah menyiapkan rencana investasi strategis senilai US$5 miliar hingga akhir 2025. Dana yang sebagian besar berasal dari target dividen BUMN sebesar Rp120 triliun pada 2025 ini akan difokuskan pada delapan sektor utama.
Sektor-sektor prioritas tersebut meliputi hilirisasi mineral, energi baru terbarukan, infrastruktur digital, layanan kesehatan, jasa keuangan, utilitas, kawasan industri, serta pangan dan pertanian. Pemilihan sektor didasari pertimbangan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan potensi imbal hasilnya.