NEWS

Indonesia Lobi Sri Lanka Buka Pintu untuk Sawit

Menlu Retno Marsudi menjalankan diplomasi dengan Sri Lanka.

Indonesia Lobi Sri Lanka Buka Pintu untuk SawitANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww
by
27 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkomunikasi dengan perwakilan Sri Lanka dalam pertemuan bilateral di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-76 di New York. Dalam pertemuan itu, Retno mengungkapkan, telah meminta negara tetangga India itu membuka kembali pintu masuk bagi komoditas sawit Indonesia.

“Secara khusus, saya meminta atau mengharapkan agar Pemerintah Sri Lanka meninjau kembali atau menghapus kebijakan yang ​menghambat ekspor sawit Indonesia ke Sri Lanka,” kata Retno seperti dikutip dari laman resmi, Senin (27/9).

Dia menyebut telah sepakat untuk mengintensifkan komunikasi dengan Menteri Luar Negeri Sri Lanka guna menyelesaikan isu sawit tersebut. Selain itu, ia menyampaikan kepada Pakistan, Sri Lanka, Iran dan Mozambique agar perjanjian perdagangan seperti Preferential Trade Agreement (PTA) segera diselesaikan.

Sebelumnya, Sri Lanka resmi melarang ekspor sawit dari Indonesia dan Malaysia. Kebijakan itu diterapkan untuk membebaskan negara dari perkebunan dan konsumsi kelapa sawit.

Eskpor minyak sawit dan turunannya dari Indonesia ke Sri Lanka tercatat meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Volume ekspor masih berada di kisaran 9.641 ton pada 2017 dan bertambah menjadi 76.435 ton pada 2019. Ekspor minyak sawit sempat terkoreksi selama pandemi pada 2020 menjadi hanya 54.407 ton menurut data Badan Pusat Statistik (BPS).

Dalam sela-sela rangkaian agenda Sidang PBB, Retno juga melakukan pertemuan dengan 18 perwakilan berbagai negara dan organisasi yang berlangsung pada 23-24 September 2021. Misalnya saja dengan Komisaris Tinggi UNHCR, Sekjen Liga Arab, CEO US ASEAN Business Council, Menlu Sri Lanka, serta Menlu Jepang.

Kemudian Menteri Negara Luar Negeri Inggris, Lord Ahmad of Wimbledon, Menlu Pakistan, Menlu Serbia, Menlu Iran, Sekjen PBB, PM Belanda, Menlu Perancis, US Under Secretary for Political Affair, Menlu Mauritania, Menlu Thailand dan Utusan Khusus AS untuk Afghanistan.

1. Perkuat kemitraan di bidang ekonomi

Saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mauritania, kata Retno, mereka ingin memiliki kemitraan di bidang ekonomi dengan Indonesia. Dia menyebut, Mauritania mengharapkan kedatangan delegasi bisnis Tanah Air ke negaranya.

Adapun dengan Jepang, Retno menyampaikan harapan agar proyek-proyek kerja sama yang sedang kedua negara ini bisa dipercepat. Salah satu contohnya Proyek Patimban.

Sementara itu, dengan CEO ASEAN-US Business Council, Retno membahas pentingnya upaya meningkatkan business engagement dengan Indonesia.

"ASEAN-US Business Council juga tertarik melakukan kerja sama capacity building untuk UMKM melalui penyediaan pilot projects dari SMEs Academy," katanya.

2. Indonesia diharapkan jadi juru damai untuk Afghanistan

Di hampir semua pembicaraan bilateral, Retno menurutkan, selalu membahas perkembangan situasi di Afghanistan. Semua pihak, kata dia, menyampaikan keprihatinan terhadap perkembangan situasi geopolitik saat ini.

“Tampak harapan negara-negara terhadap peran Indonesia di Afghanistan mengingat sebelumnya Indonesia telah banyak berperan dalam mendukung proses perdamaian di Afghanistan,” ujar Retno.

Mengingat rekam jejak selama ini, Retno mengatakan, Indonesia diharapkan dapat terus memberikan perhatian dan kontribusi agar situasi kemanusiaan di Afghanistan tidak semakin memburuk. “Dalam pertemuan saya menyampaikan bahwa Indonesia telah menyampaikan atau memberikan komitmen bantuan kemanusiaan yang kita sampaikan dalam pledging conference yang diadakan oleh Sekjen PBB,” ujarnya.

Related Topics