NEWS

ADB Tingkatkan Pembiayaan Iklim Jadi US$100 Miliar hingga 2030

Krisis iklim yang memburuk mendorong pembiayaan lebih besar.

ADB Tingkatkan Pembiayaan Iklim Jadi US$100 Miliar hingga 2030ktivis melakukan aksi di Dukuh Atas, Jakarta, Minggu (26/9). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
13 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) mengumumkan akan meningkatkan ambisinya untuk menyediakan pembiayaan iklim senilai US$100 miliar bagi negara-negara berkembang anggotanya pada 2019-2030.

“Menang atau kalahnya peperangan melawan perubahan iklim akan ditentukan oleh kawasan Asia dan Pasifik,” kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa dalam keterangan resminya, Rabu (13/10).

Menurutnya, krisis iklim makin memburuk setiap harinya dan kian mendorong permintaan agar pembiayaan iklim dapat ditingkatkan. "Kami mengambil tindakan untuk memenuhi panggilan ini dengan meningkatkan ambisi kami menjadi US$100 miliar dalam pendanaan iklim kumulatif dari sumber daya kami sendiri pada tahun 2030," imbuhnya.

Pada 2018, ADB telah berkomitmen untuk memastikan paling tidak 75 persen dari operasinya mendukung tindakan iklim. Mereka telah mengalokasikan setidaknya US$80 miliar secara kumulatif sampai dengan 2030, yang kemudian kini meningkat menjadi 100 miliar dolar AS.

Pasalnya, negara anggota ADB menghadap dua tantangan besar yang saling berkaitan, yakni Covid-19 dan krisis iklim. Mereka pun mengambil langkah tegas guna mendorong pemulihan yang hijau, tangguh, dan inklusif.

Lima Agenda Utama

Asakawa menjelaskan, nantinya tambahan pembiayaan senilai US$20 miliar dari negara-negara anggota ADB akan akan mendukung agenda iklim di lima bidang utama.

Pertama, berbagai langkah baru untuk mitigasi iklim, termasuk penyimpanan energi, efisiensi energi, dan transportasi rendah karbon, pembiayaan ADB untuk mitigasi iklim secara kumulatif diperkirakan mencapai US$66 miliar.

Kedua, mendukung peningkatan skala bagi proyek-proyek adaptasi yang transformatif, seperti perkotaan, pertanian, dan air, akan dirancang dengan tujuan utama adaptasi iklim yang efektif dan peningkatan ketangguhan, sehingga perkiraan pembiayaannya secara kumulatif akan mencapai US$34 miliar.

Ketiga, peningkatan pembiayaan iklim dalam operasi sektor swasta ADB, termasuk dengan menambah jumlah proyek yang lebih layak secara komersial, baik bagi ADB maupun investor swasta.

"Penambahan ini akan ditopang oleh peningkatan dalam efisiensi operasional, pemulihan pasca-pandemi dalam hal permintaan pasar akan pembiayaan, teknologi dan inovasi baru dalam pembiayaan iklim, serta bidang-bidang usaha baru bagi operasi iklim di sektor swasta," ungkapnya.

ADB, lanjut Askawa, bertekad untuk mendukung berbagai prakarsa ini dengan 12 miliar dolar AS dari sumber dayanya sendiri untuk pembiayaan iklim sektor swasta secara kumulatif, dan menargetkan adanya tambahan US$18 miliar sampai US$30 miliar dari sumber-sumber dana lainnya.

Keempat, dukungan bagi pemulihan yang hijau, tangguh, dan inklusif dari Covid-19, termasuk melalui platform pembiayaan yang inovatif, seperti ASEAN Catalytic Green Finance Facility and Green Recovery Platform, yang diharapkan akan memanfaatkan dana dari pasar modal dan investor sektor swasta untuk infrastruktur rendah karbon.

Kelima, dukungan untuk mengedepankan reformasi di negara-negara berkembang anggotanya agar dapat mengambil langkah-langkah baru melalui pinjaman berbasis kebijakan, guna mendukung kebijakan dan lembaga yang dapat meningkatkan ketangguhan iklim dan mitigasi iklim.

"ADB berkomitmen untuk mencapai Asia dan Pasifik yang sejahtera, inklusif, tangguh, dan berkelanjutan, sambil mempertahankan upayanya untuk memberantas kemiskinan ekstrem. Didirikan pada tahun 1966, dimiliki oleh 68 anggota—49 dari wilayah tersebut," tandasnya.

Related Topics