NEWS

Pesan Sri Mulyani ke Penerima LPDP: Anda Harus Peduli ke RI

Menkeu sebut Indonesia kian tangguh ditempa krisis.

Pesan Sri Mulyani ke Penerima LPDP: Anda Harus Peduli ke RIMenteri Keuangan, Sri Mulyani. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

by Hendra Friana

15 March 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berpesan kepada para penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di luar negeri untuk berkontribusi di Tanah Air setelah menyelesaikan masa studi. Menurutnya hal tersebut merupakan bentuk kepedulian dan rasa terima kasih atas apa yang telah diberikan oleh negara.

“Kalau Anda sudah difasilitasi negara, Anda harus mengembalikan, berterima kasih kepada Republik Indonesia. Anda harus peduli kepada bangsa dan negara Indonesia,” ujarnya saat memberikan arahan pada persiapan keberangkatan Angkatan 181 dan 182 Beasiswa LPDP, Selasa (15/3).

Menurut Sri Mulyani, Indonesia memperoleh kemerdekaan dengan perjuangan begitu lama dan pengorbanan yang begitu besar. Dan kepedulian para lulusan LPDP tersebut penting lantaran masa depan Indonesia berada di tangan para pemudanya.

“Ini harus dijaga dari generasi ke generasi, dan Anda semua (penerima beasiswa LPDP) sedang mendapatkan fasilitas APBN, maka pada saatnya nanti anda harus memberikan kepedulian dan menjaga negara RI ini,” kata Sri Mulyani.

Kontribusi LPDP untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kapasistas sumber daya manusia (SDM) Indonesia sendiri diwujudkan dengan memberikan kesempatan meraih pendidikan dunia melalui program beasiswa penuh bagi program magister dan doktoral. Saat ini, program tersebut dikelompokkan menjadi beasiswa afirmasi, targeted group, dan reguler. Dengan jumlah penerima beasiswa LPDP telah mencapai 29.872 orang.

Kian tangguh ditempa krisis

Dalam kesempatan tersebut, Bendahara Negara juga menyamapaikan bahwa Indonesia telah melalui berbagai krisis dan menjadi lebih tangguh, mulai dari krisis moneter pada 1997-1998 hingga yang terbaru yakni pandemi Covid-19.

Ia menjelaskan dalam 30 tahun terakhir Indonesia telah menghadapi krisis besar seperti krisis moneter pada 1997-1998 yang menimbulkan dampak luar biasa hingga ekonomi mengalami kontraksi 13 persen.

Saat krisis moneter, perbankan mengalami kebangkrutan sehingga pemerintah harus mengambil alih bank-bank yang harus ditutup dan menimbulkan biaya sangat besar.

Perjalanan Indonesia dalam melalui krisis 1997-1998 menghasilkan banyak reformasi seperti Undang-Undang (UU) Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, UU BPK dan sebagainya.

Selain itu, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang terdampak krisis global pada 2008 namun pemerintah pun berhasil memanfaatkan momentum ini untuk melakukan reformasi.

“Pada 2008 dan 2009 saat krisis global kita melahirkan OJK sebagai badan pengawas keuangan industri keuangan,” ujarnya. “Apa yang disebut moral of the story, apa message dari itu (menghadapi krisis)? Dari sisi negara Indonesia adalah negara yang ulet,” katanya.

Menurut Sri Mulyani, pencapaian-pencapaian tersebut menunjukkan bahwa tekanan dan tantangan bisa memunculkan krisis tapi tidak menghancurkan Indonesia. Memang, terkadang masa krisis membuat Indonesia mundur satu sampai dua langkah dari pencapaian-pencapaian yang telah ada namun hal itu tidak membuat negara ini mundur permanen.

“Memang sometimes krisis membuat set back. Tapi tidak membuat kita mundur permanen atau breakdown atau hancur. Kita maju lagi maju lagi dan maju lebih baik. Itu moral of the story level negara,” tandasnya.