Sri Mulyani Waspadai Anjloknya Penjualan Motor dan Mobil
Prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek masih resilient.
Fortune Recap
- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati waspadai penurunan penjualan kendaraan bermotor meski optimisme konsumen tetap kuat.
- Penjualan mobil terkontraksi 18,8% secara tahunan, sementara penjualan sepeda motor turun 2,9% pada Februari lalu.
- Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek masih cukup resiliens dengan IKK di level 123,1 per Februari.
Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai penurunan penjualan kendaraan bermotor meski optimisme konsumen yang tecermin dalam Mandiri Spending Index tetap kuat.
Pasalnya, pada akhir Februari lalu, penjualan mobil terkontraksi 18,8 persen secara tahunan atau year on year. Data tersebut menggenapi pelemahan penjualan mobil delapan bulan berturut-turut sejak Juli 2023.
Sementara penjualan sepeda motor, yang terkontraksi 2,9 persen pada Februari lalu telah mengalami penurunan enam bulan berturut-turut sejak September tahun lalu.
"Meskipun consumer confidence masih relatif kuat. Ini yang perlu kita jaga dari sisi keseimbangan dan bacaan terhadap consumer confidence," ujarnya dalam konferensi pers APBN, Senin (25/3).
Meski demikian, dari sisi agregat demand, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek masih cukup resiliens. Ini terlihat dari indeks keyakinan konsumen (IKK) masih di level optimistis di level 123,1 per Februari, sementara Mandiri Spending Index menurutnya masih stabil pada level 43.
"Ini berarti konsumen confidence, masih relatif terjaga," tuturnya.
Selain itu indeks penjualan riil juga masih tumbuh menguat dan terjaga terjaga di kisaran 3,6. Demikian pula dengan Purchasing Manager's Index atau PMI Manufaktur juga masih ekspansif di level 52,7. "Konsumsi listrik dalam hal ini untuk bisnis mengalami double digit growth 10,5 persen sementara untuk industri di negatif tipis di 0,8 persen," ujarnya.
"Mungkin yang perlu untuk kita lihat adalah penjual kendaraan yang cukup terkontraksi," sebut Sri Mulyani. "Ini berarti pembelian barang durable yang bertahan lama seperti mobil mengalami tekanan."
Sorotan kondisi domestik dan global
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan bahwa inflasi domestik masih terjaga, yang pada Februari 2024 masih berada pada level 2,75 persen (yoy). Namun demikian, ia menilai kenaikan harga pangan perlu diwaspadai.
"Yang memberikan kontribusi inflasi agak naik di Februari ini adalah volatile food terutama harga beras meskipun periode Maret sudah melandai dan beberapa komoditas menjelang hari raya kita lihat mengalami kenaikan," ujarnya.
Per 22 Maret 2024, harga beras meningkat 8,9 persen (ytd) dan beberapa harga pangan lainnya seperti telur ayam, daging ayam, minyak goreng, bawang putih, gula pasir, daging sapi mengalami kenaikan, sementara cabai merah, cabai rawit dan bawang merah mengalami penurunan.
"Inflasi di Indonesia termasuk yang terjaga baik rendah 0,41 persen (mtm) dan 2,7 persen (yoy). Komponen inflasi, headline inflation-nya, core inflation relatif stabil di 1,48 persen, kemudian harga diatur pemerintah kontribusinya 1,67 persen. Jadi semua masih rendah," katanya.
Sorotan lainnya adalah prospek ekonomi global masih dibayangi tensi geopolitik. Pertumbuhan ekonomi cenderung lemah dan divergen, dengan tensi geopolitik yang meningkatkan kerentanan rantai pasok, utamanya konflik di Timur Tengah dan perang di Ukraina.
Meski demikian, aktivitas manufaktur global bulan Februari 2024 menunjukkan perbaikan yang masih terbatas dengan PMI global 50,3 atau naik tipis dari Januari 2024 di level 50,0. Sejauh ini, peningkatan output baru terjadi di Amerika Serikat, Brasil, India, dan Indonesia, sementara aktivitas sektor manufaktur di negara Eropa masih terus terkontraksi.
Di luar itu, harga komoditas di pasar global juga masih cenderung fluktuatif dengan ketidakpastian yang masih tinggi. Harga minyak mengalami sedikit kenaikan karena perpanjangan pengurangan produksi OPEC+. Secara year to date sampai dengan 22 Maret 2024, harga gas alam turun 34,0 persen, batu bara turun 12,8 persen, dan minyak bumi (Brent) naik 10,9 persen
Adapun harga komoditas pangan dan pertanian seperti CPO dan beras meningkat, masing-masing 15,6 persen (ytd) dan 0,2 persen (ytd).
Pun demikian, pasar keuangan domestik terpantau masih relatif terjaga di tengah volatilitas kondisi global. Per 22 Maret, nilai tukar rupiah tercatat melemah 1,60 persen (ytd), meskipun tidak sedalam negara emerging market lainnya.
Spread yield SBN 10 tahun terhadap UST juga berada di 236 bps atau lebih rendah dibandingkan dengan posisi per akhir 2023 (257 bps), dan relatif cukup rendah dibandingkan dengan beberapa negara emerging market.
Kinerja pasar saham menguat dengan naiknya IHSG ke level 7.336,36 (0,89 persen, ytd) dan mencatatkan inflow Rp27,88 triliun (ytd), sedangkan pasar SBN mengalami outflow Rp24,92 triliun (ytd).
Terakhir, indikator neraca perdagangan Februari 2024 masih melanjutkan surplus US$2,87 miliar (surplus 46 bulan berturut-turut), meski menurun karena ekspor mengalami penurunan di tengah kenaikan impor. Nilai Ekspor tercatat US$19,31 miliar (terkontraksi 9,4 persen, yoy), sementara impor mencapai US$18,44 miliar (tumbuh 15,8 persen yoy).