Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Indonesia Butuh Pasokan Listrik Baru untuk Capai Target Prabowo

Ilustrasi Pasokan Listrik - Pexels/Miguel Á. Padriñán
Intinya sih...
  • Indonesia memerlukan tambahan pasokan listrik hingga 71 GW untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.
  • Rencana RUPTL PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034 mencakup pembangunan kapasitas pembangkit baru sebesar 71 GW, dengan 60 persen dilakukan oleh sektor swasta.
  • Tantangan utama dalam pengembangan energi terbarukan adalah infrastruktur transmisi yang belum mampu mendukung distribusi daya dari lokasi-lokasi potensial pembangkit energi terbarukan.

Jakarta, FORTUNE - Indonesia memerlukan tambahan pasokan listrik untuk memenuhi target ambisius Presiden Prabowo Subianto mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. Untuk mendukung pencapaian tersebut, pemerintah berencana meningkatkan kapasitas listrik nasional sebesar 71 gigawatt (GW) melalui pengembangan jaringan transmisi baru yang dapat mendukung pembangkit energi terbarukan, dengan partisipasi signifikan dari investor swasta.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) periode 2025-2034 mencakup pembangunan kapasitas pembangkit baru sebesar 71 GW, didukung jaringan transmisi sepanjang 48.000 kilometer sirkuit, yang setara dengan 8.000 kilometer jalur lurus. Upaya ini akan menjadi langkah besar untuk memperkuat infrastruktur kelistrikan nasional.

Menurut Bahlil, sekitar 60 persen dari pembangunan pembangkit listrik baru tersebut akan dilakukan oleh sektor swasta. Dalam beberapa bulan terakhir, sebanyak 26 pembangkit listrik baru mulai beroperasi di berbagai wilayah Indonesia, memberikan dorongan awal terhadap upaya ini.

Meski negitu, pengembangan energi terbarukan memiliki dua tantagan utama, yaitu infrastruktur transmisi yang belum mampu mendukung distribusi daya dari lokasi-lokasi potensial pembangkit energi terbarukan seperti tenaga surya, air, dan angin.

"Jaringan transmisi saat ini tidak dirancang untuk mengambil daya dari tempat-tempat di mana kita dapat membangun pembangkit listrik terbarukan," kata Bahlil, dikutip dari Reuters pada Senin (20/1).

Oleh karena itu, pembangunan jaringan transmisi menjadi salah satu prioritas utama. Pemerintah juga merencanakan perubahan kebijakan terkait pemanfaatan gas alam. Gas yang sebelumnya banyak diekspor, kini akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik.

"Orientasinya adalah untuk memenuhi permintaan domestik. Kalau tidak terpenuhi, kami tidak akan mengizinkan ekspor," kata Bahlil.

Hal tersebut sejalan dengan proyeksi meningkatnya kebutuhan gas alam untuk pembangkit listrik di masa mendatang. Saat ini, Indonesia memiliki total kapasitas listrik terpasang sebesar 101 GW, dengan 75 GW di antaranya dikelola oleh PLN. Namun, kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional masih rendah, hanya sekitar 15 persen. Batu bara masih menjadi sumber utama pembangkitan listrik.

Dalam upaya transisi energi, pemerintah menargetkan sekitar 70 persen pembangkit listrik baru menggunakan sumber energi terbarukan, yang dapat mencakup tenaga nuklir dan hidrogen.

Presiden Prabowo Subianto bahkan pernah menyatakan komitmennya untuk menghentikan operasional seluruh pembangkit listrik berbahan bakar fosil, termasuk batu bara, dalam waktu 15 tahun ke depan. Hal ini disampaikan pada forum G20 tahun lalu.

Prabowo optimistis bahwa Indonesia dapat mencapai swasembada energi dalam lima tahun ke depan. Kendati demikian, rincian terkait realisasi pasokan listrik baru yang direncanakan oleh PLN masih belum dipublikasikan.

Share
Topics
Editorial Team
Harumbi Prastya
Ekarina - Rina
Harumbi Prastya
EditorHarumbi Prastya