Jakarta, FORTUNE - Founder Narasi TV, Najwa Shihab, mengatakan pembagian beban domestik antara laki-laki dan perempuan penting untuk mencapai kesetaraan gender di dunia kerja. Pasalnya, kata dia, hingga kini lebih banyak pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang dibebankan kepada perempuan ketimbang laki-laki.
Dia menyebut keterlibatan laki-laki dalam pekerjaan domestik (mulai dari pengasuhan anak, perawatan orang tua, memasak, dan lain-lain) hanya meningkat 7 menit dalam kurun 1980-an hingga 1990-an.
"Kesetaraan di dunia kerja tidak akan mungkin tercapai kalau tidak ada kesetaraan pembagian pekerjaan rumah tangga. Kuncinya demokrasi domestik. Itu yang akan menentukan menurut saya," ujarnya dalam acara Fortune Indonesia Summit 2023, di Jakarta, Kamis (16/3).
Rendahnya peran lelaki dalam pekerjaan domestik masih terjadi hingga sekarang. Bahkan dalam masa pandemi, ketimpangan itu jauh lebih berdampak buruk pada perempuan ketimbang laki-laki. Pasalnya, beban domestik selama pandemi meningkat, sementara pada saat bersamaan mereka juga berlaku sebagai profesional yang harus ditangani.
"Data menunjukkan waktu kita karantina di rumah aja, bapak-bapak di rumah aja, di semua golongan ekonomi, di semua tingkatan pendidikan, kehadiran bapak atau suami di rumah yang hampir 24 jam tidak meningkatkan keterlibatan mereka dalam urusan domestik. Itu faktanya," katanya.
Dalam kesempatan sama, Phillia Wibowo, Partner and Leader of McKinsey’s People & Organizational Performance Practice in Southeast Asia, mengafirmasi bahwa besarnya beban domestik perempuan berpengaruh pada tingkat partisipasi perempuan di dunia kerja.
Mengacu pada laporan McKinsey’s bertajuk COVID-19 and gender equality: Countering the regressive effects, ia mengatakan bahwa pekerjaan domestik tersebut sebetulnya berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB), namun tidak terbayar.
"Yang unpaid domestic care, itu yang kita highlight di paper kita. Itu banyak banget women yang mengerjakan domestic care, and i'ts actually GDP contributing activity, tapi unpaid," ujarnya.