Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Hotel Jakarta dan Bali Kerek Tarif untuk Tutupi Turunnya Okupansi

Ilustrasi hotel di Bali (unsplash.com/antonioaaaraujo)
Ilustrasi hotel di Bali (unsplash.com/antonioaaaraujo)

Jakarta, FORTUNE - Industri perhotelan di Jakarta dan Bali mencatat tren penurunan tingkat hunian pada Maret 2025. Menyiasati hal ini, para pelaku industri menaikkan tarif harian rata-rata atau Average Daily Rate (ADR). Kondisi ini mencerminkan ketahanan sektor pariwisata Indonesia di tengah tekanan ekonomi dan ketidakpastian global.

Perusahaan konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia mengungkap, tingkat okupansi hotel di Jakarta dan Bali masing-masing turun 4,4 dan 3,4 poin secara tahunan. Penurunan ini bahkan terjadi saat momen Lebaran yang biasanya menjadi puncak kunjungan.

"Pertumbuhan berkelanjutan tarif harian rata-rata atau ADR memungkinkan hotel-hotel di Jakarta mengimbangi penurunan tingkat hunian pada year-to-date Maret 2025," ujar Julien Nouri, Executive Vice President, Investment Sales, Hotels & Hospitality Group JLL Asia Pacific dalam paparan "Jakarta Property Market Overview 1Q 2025" di Jakarta, Rabu, 7 Mei 2025.

Selama kuartal pertama 2025, jumlah wisatawan internasional yang tiba di Bandara Soekarno-Hatta tercatat mencapai 539 ribu orang, naik 6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meskipun kunjungan internasional sempat melambat pada Maret, pemerintah tetap mempertahankan target kedatangan 16 juta wisatawan mancanegara sepanjang tahun ini guna menjaga momentum pemulihan.

Dalam periode Januari hingga Maret, tidak ada hotel baru yang masuk pasar Jakarta. Namun dua properti dijadwalkan buka pada akhir tahun ini, yakni Hotel Okura Jakarta dengan 181 kamar dan Hotel ParkRoyal Jakarta dengan 162 kamar. Dua hotel mewah lainnya—Regent Jakarta (144 kamar) dan Waldorf Astoria Jakarta (183 kamar)—dijadwalkan menyusul pada 2027.

Pariwisata Bali jadi pendorong

DIPHA PRESS PHOTOS 2024-2.jpg
Dok. JLL Indonesia

Sementara itu, Bali tetap menunjukkan performa positif. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara meningkat 8 persen secara tahunan menjadi lebih dari 1,4 juta orang selama kuartal I 2025. Kendati demikian, tingkat hunian hotel di Bali juga turun sebesar 3,4 poin.

"Nilai tukar juga terus menguntungkan kinerja hotel di Bali sejak Januari, karena tarif harian rata-rata tetap tinggi meskipun tingkat hunian lebih rendah dari tahun lalu," ujar Julien.

Hanya satu hotel yang resmi dibuka selama kuartal pertama, yakni Regent Bali Canggu dengan 150 kamar mewah. Hingga akhir 2025, sebanyak 658 kamar tambahan diperkirakan masuk pasar, termasuk Kimpton Naranta Bali di Nusa Dua dengan 50 kamar.

Meskipun pemulihan perjalanan internasional di Bali berjalan lebih lambat dibanding awal pasca-pandemi, tren tetap mengarah positif. Namun, sektor ini masih menghadapi tekanan dari ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan geopolitik, sehingga pemulihan jumlah kunjungan diperkirakan akan berlangsung secara bertahap dalam jangka pendek hingga menengah.

Terkait investasi, transaksi hotel di Indonesia terpantau masih rendah di awal tahun. Namun JLL memperkirakan akan terjadi peningkatan menjelang akhir 2025. Volume transaksi diproyeksikan mencapai sekitar US$ 150 juta. Proyeksi ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap lanskap perhotelan Indonesia yang terus berkembang serta potensinya untuk tumbuh di masa depan.

"Peningkatan ini mencerminkan kepercayaan investor yang meningkat terhadap lanskap perhotelan Indonesia yang terus berkembang dan potensinya untuk pertumbuhan," ucap Julien.

Secara regional, Pada kuartal I 2025, Thailand mempertahankan posisinya sebagai pemimpin di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya. Keunggulan ini ditopang oleh proses visa yang dipermudah serta selisih hasil investasi yang menarik dibandingkan biaya pinjaman.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us