Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Penyebab Crazy Rich China Tinggalkan Singapura, Ada Apa?

Penyebab Crazy Rich China Tinggalkan Singapura
ilustrasi warga Singapura (pexels.com/Richard L)
Intinya sih...
  • Pengetatan regulasi pasca-skandal pencucian uang membuat proses KYC di Singapura semakin rumit, sehingga mengurangi minat crazy rich Tiongkok untuk menyimpan aset di sana.
  • Kebijakan pajak properti yang tinggi bagi orang asing serta berkurangnya insentif family office mendorong miliuner Tiongkok mencari alternatif investasi di luar Singapura.
  • Persaingan dari pusat keuangan lain seperti Hong Kong dan Dubai yang menawarkan aturan lebih longgar dan pajak lebih rendah semakin mempercepat arus keluar modal crazy rich Tiongkok.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE  - Dalam beberapa tahun terakhir, Singapura dikenal sebagai salah satu tujuan utama para miliuner asal Tiongkok untuk menyimpan kekayaan. Stabilitas politik, sistem hukum yang kuat, serta akses ke pasar global menjadikan negara-kota ini sebagai safe haven bagi aset mereka.

Namun, tren terbaru menunjukkan adanya gelombang keluar. Semakin banyak crazy rich Tiongkok yang memindahkan kekayaannya dari Singapura ke negara lain. Lalu, apa saja faktor penyebab crazy rich China tinggalkan Singapura? Simak penjelasannya di artikel ini.

1. Pengawasan super ketat pasca-skandal pencucian uang

Singapura selalu dikenal dengan regulasi keuangan yang solid. Namun, setelah skandal pencucian uang senilai S$3 miliar (sekitar Rp37,5 triliun) pada tahun 2023 yang melibatkan jaringan asal Tiongkok terungkap, pengawasan menjadi luar biasa ketat. 

Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) kini memberlakukan aturan anti pencucian uang (AML) yang jauh lebih keras. Kondisi ini menjadi faktor pendorong utama para investor untuk berpikir ulang.

2. Proses KYC dan hambatan family office

Dampak nyata dari pengetatan aturan adalah proses Know Your Customer (KYC) yang makin panjang. Jika dulu verifikasi bisa selesai dalam hitungan bulan, kini proses pemeriksaan sumber kekayaan dapat memakan waktu lebih dari satu tahun.

Seperti dilaporkan oleh Bloomberg, banyak calon investor Tiongkok menghadapi verifikasi mendalam sebelum bisa membuka akun atau mendirikan family office. Selain itu, insentif pajak yang sebelumnya menarik kini diperketat, membuat Singapura kehilangan sebagian daya tariknya. 

3. Pajak properti yang meroket untuk asing

Arus masuk dana asing sempat mendorong harga properti di Singapura melambung tinggi, memicu keresahan warga lokal. Pemerintah kemudian menaikkan pajak pembelian properti untuk orang asing (Additional Buyer’s Stamp Duty/ABSD) menjadi 60% pada April 2023.

Kebijakan ini secara efektif menekan minat crazy rich Tiongkok untuk berinvestasi di sektor properti residensial Singapura, yang sebelumnya menjadi salah satu favorit.

4. Persaingan ketat dengan Hong Kong dan Dubai

Singapura kini bukan satu-satunya pelabuhan aman. Di saat Singapura memperketat aturan, para pesaingnya justru membuka pintu lebih lebar. Hong Kong secara agresif meluncurkan kembali skema Capital Investment Entrant dengan syarat yang lebih ringan untuk menarik kembali para miliarder.

Dubai juga naik daun sebagai alternatif utama. Dengan rezim pajak yang sangat rendah, kemudahan berusaha, dan proses KYC yang jauh lebih cepat (sekitar 2–6 bulan), Dubai menjadi magnet baru bagi kekayaan Tiongkok yang mencari fleksibilitas.

5. Tekanan ekonomi internal di Tiongkok

Pendorong awal keluarnya para crazy rich China adalah kondisi domestik yang penuh tantangan, seperti perlambatan ekonomi, krisis sektor properti, hingga ketatnya regulasi pemerintah.

Pada awalnya, Singapura menjadi tujuan utama berkat tarif pajak rendah dan kerahasiaan aset yang relatif terjaga. Namun, dengan tekanan internasional untuk meningkatkan transparansi, Singapura kini ikut menerapkan standar global, termasuk pertukaran informasi pajak lintas negara.

Sebagai penyesuaian strategi para crazy rich 

Meski menghadapi tantangan, Singapura belum sepenuhnya kehilangan pesonanya. Sebagai pusat keuangan global dengan ekosistem bisnis yang stabil, negara ini tetap diminati sebagian investor.

Namun, situasi tersebut membuka peluang bagi pusat keuangan lain. Hong Kong, Dubai, hingga Jepang kini memosisikan diri sebagai alternatif bagi para miliuner yang mencari fleksibilitas lebih besar.

Fenomena hengkangnya crazy rich Tiongkok bukanlah penolakan total terhadap Singapura, melainkan penyesuaian strategi. Singapura kini berusaha menyeimbangkan reputasinya sebagai pusat keuangan yang patuh aturan dengan kebutuhan untuk tetap kompetitif di mata investor global.

Bagi para crazy rich Tiongkok, era kemudahan tanpa pengawasan ketat di Singapura sudah berakhir. Kini mereka mencari pelabuhan baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan selera risiko mereka. 

FAQ seputar negara Singapura

  1. Apa itu skandal pencucian uang terbesar di Singapura?

    Kasus skandal pencucian uang terbesar terungkap pada Agustus 2023, di mana aset senilai sekitar S$3 miliar (sekitar Rp37,5 triliun), termasuk properti mewah, mobil, dan emas batangan, disita dari jaringan pelaku yang berasal dari Fujian, Tiongkok. Kasus ini dikenal sebagai kasus Fujian. 

  2. Apa modus kasus Fujian di Singapura? 

    Modusnya lewat investasi palsu, judi online ilegal, hingga pencucian dana lewat properti mewah, mobil sport, perhiasan, dan rekening bank di Singapura. Akibat kasus ini, Otoritas Moneter Singapura (MAS) memperketat aturan keuangan, terutama terhadap sumber dana asing.

  3. Mengapa jutawan China mulai meninggalkan Singapura?

    Penyebab utamanya adalah regulasi anti pencucian uang yang sangat ketat, proses KYC yang memakan waktu lebih dari setahun, hambatan pendirian family office, dan pajak properti 60% untuk orang asing. 

  4. Apakah Singapura masih jadi pusat keuangan utama Asia?

    Ya, Singapura masih menjadi hub finansial yang sangat penting, namun kini menghadapi persaingan yang jauh lebih ketat dari Hong Kong dan Dubai dalam memperebutkan dana orang kaya Tiongkok.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yunisda DS
EditorYunisda DS
Follow Us

Latest in News

See More

Daftar 8 Paket Kebijakan Ekonomi 2025 Senilai Rp16,23 Triliun

15 Sep 2025, 17:43 WIBNews