Jakarta, FORTUNE - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengusulkan harga BBM Pertamax Green 92 sama dengan harga Pertalite.
Menurutnya, harga tersebut bisa direalisasikan karena produk Pertamax Green 92, yang akan diproduksi 2024, mengandung jenis BBM khusus penugasan (JBKP) disubsidi pemerintah, yakni Pertalite.
"Tidak mungkin yang namanya JBKP harganya diserahkan ke pasar karena ada mekanisme subsidi atau kompensasi di dalamnya. Kami mengusulkan ini adalah karena itu lebih baik kalau misalkan dengan harga sama, tetapi masyarakat mendapatkannya dengan oktan yang lebih baik, sehingga itu untuk mesin juga lebih baik, sekaligus emisinya menurun, kenapa tidak?" ujarnya di Komisi VII DPR, Senin (9/10).
Meski demikian, Nicke menegaskan bahwa rencana produksi dan harga jual tersebut masih merupakan kajian internal Pertamina dalam pengembangan Program Langit Biru Tahap 2. Sejauh ini, pemerintah juga belum mengeluarkan keputusan apa pun terkait rencana tersebut.
"Jadi usulannya itu, tapi kembali lagi, supaya tidak jadi perdebatan di publik. Saya ingin menjelaskan bahwa ini adalah hasil kajian internal kami yang akan kami usulkan ke pemerintah. Namun, implementasinya tentu ini menjadi ranah pemerintah untuk memutuskan," ujarnya.
Menurut Nicke, dari sisi regulasi, rencana peluncuran produk Pertamax Green 92 pada tahun depan sudah tepat. Sebab, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) No.12/2015 telah menetapkan peta jalan penggunaan bioetanol dengan mencampur etanol ke BBM dari 2 persen menjadi 20 persen secara bertahap sejak 2015 hingga 2025.
"Mandatory-nya Itu dimulai dari tahun 2015 dengan etanol 2 persen (e2). Di 2016 itu secara aturan harusnya naik menjadi etanol 5 persen, 2020 etanol 10 persen dan secara gradual meningkat sampai dengan 2025 itu e20," katanya.
Nicke juga menyampaikan bahwa selama ini pengembangan bioetanol terhambat dengan tidak adanya pasokan dari dalam negeri. Sebab, investor masih enggan untuk masuk ke proyek tersebut karena tidak adanya permintaan.
Karena itu, tahun depan Pertamina berharap program Pertamax Green 92 bisa dimulai dengan mencampur 7 persen etanol dengan Pertalite. Dus, permintaan etanol dalam negeri dapat meningkat dan membuat daya tarik investasi industri tersebut menjadi lebih kuat.
"Kemarin-kemarin itu adalah seperti chicken and egg, apakah kita tunggu dulu persiapan etanol dalam negeri atau kita creating demand supaya industri etanol dalam negeri kemudian jadi tumbuh dan menarik bagi investor. Nah, kita pilih yang kedua," ujarnya.