Prabowo Resmikan 2 Lapangan Migas Milik Medco di Natuna

- Prabowo meresmikan produksi perdana dua lapangan migas baru milik PT Medco E&P Natuna, Forel dan Terubuk, di South Natuna Sea Block B, Kepulauan Riau.
- Peningkatan produksi minyak 20.000 barel per hari dan gas 60 juta standar kaki kubik per hari akan membantu mencapai target lifting nasional.
- Pemerintah menargetkan produksi migas nasional mencapai 900.000 hingga 1 juta barel per hari pada 2029–2030.
Jakarta, FORTUNE - Presiden Prabowo Subianto meresmikan produksi perdana dua lapangan minyak dan gas (migas) baru milik PT Medco E&P Natuna, yakni Forel dan Terubuk. Kedua lapangan ini berada di wilayah kerja South Natuna Sea Block B, Kepulauan Riau. Peresmian yang dilakukan secara virtual pada Jumat (16/5) ini, menandai langkah penting Indonesia dalam upaya kemandirian energi nasional sekaligus menunjukkan kemampuan industri migas dalam negeri.
Dua lapangan tersebut diperkirakan akan memberikan tambahan produksi minyak 20.000 barrel per hari (bph) dan gas 60 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Tambahan produksi ini diharapkan menjadi angin segar bagi upaya pengejaran target lifting migas nasional.
Data terakhir menunjukkan, hingga April 2025 capaian lifting minyak nasional baru mencapai 580.000 barel per hari. Angka ini masih kurang sekitar 4,13 persen dari target APBN 2025 sebesar 605.000 bph. Produksi baru dari Forel dan Terubuk akan membantu mengurangi selisih ini.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menekankan pentingnya proyek ini sebagai bukti nyata kemampuan dan kemandirian teknologi industri migas anak bangsa. Ia menyoroti penggunaan komponen dalam negeri yang hampir sepenuhnya dalam proyek tersebut.
"Ini membuktikan bahwa kita memiliki masa depan yang gemilang," ujar Prabowo. "Namun, justru karena kekayaan dan potensi besar yang kita miliki, kita harus tetap waspada terhadap kekuatan-kekuatan yang tidak ingin Indonesia menjadi negara kuat."
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, yang hadir langsung di lokasi peresmian, menjelaskan lapangan Forel dan Terubuk merupakan bagian dari strategi pemerintah menggarap potensi migas di wilayah perbatasan. Lokasinya yang jauh membuat proyek ini sangat menantang, namun juga memiliki nilai strategis tinggi bagi negara.
"Ini adalah wilayah kerja minyak terjauh di Indonesia saat ini," kata Bahlil.
Menurutnya, total investasi proyek ini mencapai US$600 juta atau setara hampir Rp9 triliun, serta mampu menciptakan sekitar 2.300 lapangan kerja selama masa konstruksi.
Bahlil juga menyoroti tingginya Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam proyek ini. Ia memastikan seluruh pekerja di proyek Forel dan Terubuk adalah putra-putri Indonesia. Bahkan, kapal floating production storage and offloading (FPSO) yang digunakan juga merupakan produksi dalam negeri dengan TKDN mencapai 100 persen.
Pemerintah memiliki target ambisius meningkatkan produksi migas nasional dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Bahlil, Presiden Prabowo menginginkan periode 2029–2030 Indonesia dapat memproduksi migas nasional 900.000 hingga 1 juta barel per hari.
Bahlil pun optimistis pasokan gas nasional akan mengalami surplus dalam waktu dekat, diperkirakan pada 2026–2028. Jika surplus gas ini tercapai, pemerintah akan mengalihkan fokus untuk mengurangi impor minyak, terutama untuk jenis solar dan bensin.
"Kalau pada 2026 hingga 2028 gas kita bisa surplus, maka fokus kita beralih ke minyak. Untuk solar, jika pada 2026 kita mulai kembangkan B50, maka insya Allah kita tidak perlu lagi impor solar," ujar Bahlil.
Turut hadir langsung di lokasi peresmian, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto, CEO PT Medco Energi Internasional Tbk Hilmi Panigoro, serta Direktur Operasi Medco Ronald Gunawan.