Sejumlah Kawasan di Indonesia Disiapkan untuk Investasi Industri Keramik

- Pemerintah siapkan kawasan industri di Batang, Kendal, dan Semarang untuk investasi industri keramik.
- Kawasan tersebut dekat dengan pelabuhan utama, jaringan jalan tol, dan infrastruktur gas memadai.
- Industri keramik Indonesia berperingkat lima besar produsen keramik dunia.
Jakarta, FORTUNE — Pemerintah tengah mempersiapkan sejumlah kawasan industri strategis di Batang, Kendal, dan Semarang, yang kesemuanya berada di Jawa Tengah, untuk menampung investasi baru pada sektor industri keramik.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok global industri keramik, sekaligus menarik minat investor domestik maupun asing.
“Ketiga kawasan tersebut memiliki lokasi yang sangat strategis karena dekat dengan pelabuhan utama, jaringan jalan tol, serta didukung infrastruktur gas yang memadai,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier, dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (11/11)
Selain menawarkan kemudahan akses logistik, kawasan industri tersebut juga menyediakan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal demi menciptakan iklim investasi yang kompetitif.
Menurut Taufiek, kebijakan ini merupakan wujud nyata komitmen pemerintah dalam mempercepat pertumbuhan sektor keramik yang selama ini menjadi salah satu industri unggulan berbasis sumber daya alam lokal.
“Dengan kapasitas produksi sebesar 625 juta meter persegi per tahun, Indonesia kini menempati posisi lima besar produsen keramik dunia. Kami optimistis, dengan dukungan investasi dan kebijakan yang tepat, Indonesia bisa naik ke posisi empat besar dunia dalam waktu dekat,” ujarnya.
Kinerja sektor ini memang tengah menunjukkan tren positif.
Pada triwulan II-2025, subsektor semen, keramik, dan pengolahan bahan galian nonlogam tumbuh 10,07 persen (year-on-year), menjadi salah satu yang terbaik di sektor manufaktur nonmigas.
Sepanjang 2020–2024, realisasi investasi industri keramik mencapai Rp20,3 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 10.000 orang. Hingga kini, total nilai investasi di sektor tersebut telah menembus Rp224 triliun, yang ikut menciptakan sekitar 40.000 lapangan kerja pada berbagai rantai produksi.
Taufiek menilai prospek industri keramik nasional ke depan masih sangat menjanjikan. Peningkatan pembangunan infrastruktur, properti, dan konstruksi diyakini akan menjadi motor utama pertumbuhan permintaan.
“Konsumsi keramik per kapita kita baru sekitar 2,2 meter persegi, masih jauh di bawah Malaysia dan Thailand. Artinya, ruang pertumbuhan pasar domestik masih terbuka lebar,” ujarnya.
Selain memperkuat kapasitas produksi, pemerintah juga mendorong transformasi teknologi pada sektor keramik melalui penerapan digital printing dan digital glazing. Teknologi ini memungkinkan produsen menghasilkan keramik berukuran besar dengan presisi tinggi dan kualitas internasional.
Hingga Agustus 2025, nilai ekspor produk keramik Indonesia mencapai US$31 juta, menandakan peningkatan daya saing di pasar global.
Taufiek menambahkan, Kemenperin terus memberikan dukungan terhadap peningkatan efisiensi energi dan penerapan Standar Industri Hijau, sebagai bagian dari target menuju industri net-zero emission 2050.
“Kami mengundang para investor, inovator, dan pemimpin industri dunia untuk bersama membangun industri keramik yang tangguh, berkelanjutan, dan berdaya saing global,” katanya.

















