Jakarta, FORTUNE - Bank sentral Amerika Serikat atau The Fed memperingatkan bahwa krisis properti di Tiongkok dapat berdampak luas terhadap perekonomian global—termasuk perekonomian AS. Meluasnya imbas negatif itu diyakini bisa terjadi mengingat besarnya skala perekonomian Tiongkok.
Dalam laporan terbarunya, seperti dikutip dari South China Morning Post, Rabu (10/11), The Fed mewanti-wanti bahwa pengawasan Beijing terhadap pengembang atas kondisi utangnya dapat menekan pasar properti serta sektor bisnis lainnya. Pada gilirannya, hal itu dapat menciptakan spillover ke pasar keuangan serta koreksi secara tiba-tiba harga real estate.
Krisis properti mengemuka saat Evergrande Group, perusahaan properti terbesar kedua di Tingkok, mengumumkan kepemilikan utang US$300 miliar atau lebih dari Rp4.300 triliun. Perusahaan ini juga dilaporkan telah melewatkan pembayaran bunga surat utang luar negerinya dalam beberapa bulan terakhir.
Itu belum termasuk peristiwa gagal bayar obligasi pada perusahaan seperti Fantasia Holdings Group dan Sinic Holdings Group.
Sebelumnya, otoritas bank Sentral AS pada September tampak meremehkan potensi risiko penularan krisis dari Evergrande Group. Pada saat itu, The Fed mengatakan situasi sedemikian “sangat khusus untuk Tiongkok”.
The Fed menyatakan, meski pemerintah Cina telah memperkenalkan langkah-langkah untuk “mendinginkan” gejolak pasar properti, namun “risiko kerentanan finansial akan terus meningkat”.