Jakarta, FORTUNE - Laporan tahunan Boom and Bust kedelapan yang dirilis Global Energy Monitor menemukan tren penurunan kapasitas PLTU batu bara terus berlanjut. Sepanjang tahun lalu, kapasitas PLTU batu bara tercatat berkurang dari 535 gigawatt (GW) menjadi 457 GW atau sebesar 13 persen.
Tren tersebut juga berlanjut ke tahun ini di mana sejumlah negara menghentikan rencana membangun PLTU. Hingga Januari 2022, misalnya, tercatat 7 negara melakukan pembatalan, sehingga jumlahnya berkurang dari 41 negara menjadi 34 negara saat ini.
"Cina, Korea Selatan, dan Jepang telah berjanji untuk menghentikan pembiayaan PLTU baru di luar negeri. Namun, China masih berada di urutan teratas dalam pembangunan PLTU batu bara baru secara domestik, dengan kapasitas batu bara melebihi angka global," tulis laporan tersebut, dikutip Kamis (28/7).
Kendati demikian, pada 2021, PLTU batu bara yang beroperasi meningkat menjadi 18,2 GW karena tren pemensiunan PLTU batu bara melambat. Kapasitas PLTU batu bara dalam fase pra-konstruksi (pre-construction) tetap berada di angka 280 GW secara global atau setara dengan jumlah yang dimiliki Amerika Serikat dan Jepang.
Di sisi lain, temuan laporan ini juga menunjukan bahwa di Indonesia, kapasitas PLTU batu bara yang beroperasi meningkat 9 persen dari 36,6 GW menjadi 40,1 GW sepanjang tahun lalu. Jikalau dibandingkan dengan kondisi 2015, jumlah itu sudah meningkat 54 persen dari 26,1 GW.
"Berdasarkan informasi yang tersedia, beberapa unit baru tampaknya sudah mulai beroperasi di tujuh pembangkit listrik batu bara—termasuk pembangkit listrik sangat besar yang khusus menyediakan listrik untuk Kawasan Industri Weda Bay, Kawasan Industri Konawe (Delong Nickel Tahap II), lokasi Delong Nickel Tahap III, dan Kawasan Industri Nanshan," sambung Global Energy Monitor.
Saat ini Indonesia memiliki 15,4 GW kapasitas PLTU batu bara dalam tahap konstruksi, jumlah yang melampaui semua negara lain, kecuali Tiongkok dan India.
Laporan itu juga mengungkapkan, Indonesia memiliki 10,8 GW PLTU batu bara dalam tahap pra-konstruksi dan 11,2 GW rencana yang sudah ditangguhkan. Namun, baru enam unit dalam tahap pra-konstruksi, dengan total kapasitas sebesar 2 GW dan telah menerima izin untuk memulai konstruksi.
“Pasca komitmen iklim terbaru dari China, Korea Selatan, dan Jepang kapasitas PLTU Batubara dalam pembangunan secara global relatif menurun. Angka ini tentu akan meningkat ketika China, Korea Selatan, Jepang—sebagai pendukung utama proyek PLTU di Indonesia—menarik diri dari proyek-proyek yang masih direncanakan untuk memenuhi target komitmen iklim mereka.” kata Andri Prasetiyo, peneliti Trend Asia.