IBM: AI Tidak Gantikan Pekerja, Tapi Mengubah Cara Kita Bekerja

- AI bukan ancaman bagi tenaga kerja manusia, melainkan alat yang dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing.
- Penggunaan AI akan membuat manusia lebih maju, produktif, dan efisien serta membantu individu maupun perusahaan menjadi lebih unggul dalam kompetisi bisnis.
- Jika negara menerapkan AI secara efektif, perusahaan-perusahaan lokal bisa lebih unggul dibandingkan dengan negara tetangga, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Jakarta, FORTUNE - Presiden Direktur IBM Indonesia, Roy Kosasih, memberikan pandangannya mengenai kecerdasan buatan (AI) dan dampaknya terhadap dunia kerja.
Dalam sebuah wawancara dengan Fortune Indonesia, ia menegaskan bahwa AI bukan ancaman bagi tenaga kerja manusia, melainkan alat yang dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing.
"Mungkin memang ada rasa takut atau khawatir, tapi saya justru melihatnya dari sisi positif. AI tidak akan menggantikan manusia. Tetapi, manusia yang menggunakan AI itu akan menggantikan manusia yang tidak menggunakan AI," kata Roy.
Menurutnya, penggunaan AI akan membuat manusia lebih maju, produktif, dan efisien. Hal ini akan membantu individu maupun perusahaan menjadi lebih unggul dalam kompetisi bisnis.
"Ada banyak pekerjaan yang sifatnya monoton dan administratif yang biasanya dikerjakan secara keroyokan. Dengan bantuan AI, pekerjaan tersebut bisa dilakukan dengan tenaga kerja yang lebih sedikit, sehingga tenaga kerja yang ada bisa dialihkan ke bagian lain yang lebih strategis. Ini bukan hanya soal efisiensi, tetapi lebih kepada peningkatan produktivitas," ujarnya.
Roy juga mencontohkan bagaimana AI dapat meningkatkan output perusahaan secara signifikan.
"Misalnya, jika sebelumnya perusahaan membutuhkan 100 orang untuk menghasilkan produksi senilai US$1.000, maka dengan AI, perusahaan yang sama bisa tetap menggunakan 100 orang, tetapi menghasilkan produksi senilai US$2.000,” ujarnya.
Terkait kesiapan Indonesia dalam menghadapi era digitalisasi dan pemanfaatan AI, Roy menyatakan negara ini telah berada pada jalur yang tepat. Ia menyoroti peran pemerintah yang telah membuat regulasi terkait teknologi dan mulai mengalokasikan anggaran untuk pengembangannya.
"Pemerintah sudah mulai membelanjakan sebagian APBN untuk teknologi,” ujarnya.
Manfaat AI untuk dunia kerja
Jika negara menerapkan AI secara efektif, kata Roy, maka perusahaan-perusahaan lokal bisa lebih unggul dibandingkan dengan negara tetangga, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dia juga menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan akademisi dalam membangun ekosistem AI di Indonesia. Dengan infrastruktur yang semakin berkembang, internet yang lebih terjangkau, serta regulasi yang semakin jelas, menurutnya kini tinggal bagaimana masyarakat dan perusahaan memanfaatkan peluang ini.
"Seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan AI sudah ada di Indonesia, baik dari sisi programnya, talentanya, maupun infrastruktur digital. Sekarang tinggal bagaimana kita mau menerapkannya dalam kehidupan dan bisnis," katanya.
Dengan pandangan yang optimistis ini, Roy mengajak seluruh pihak untuk tidak takut terhadap AI, melainkan memanfaatkannya sebagai alat untuk berkembang dan bersaing pada era digital.