TECH

Riset: Kebutuhan Internet Meningkat, Warga RI Menanti Konten Lokal

Pandemi mengubah cara konsumsi internet dan media.

Riset: Kebutuhan Internet Meningkat, Warga RI Menanti Konten LokalShutterstock/Rawpixel.com
09 February 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pandemi COVID-19 turut mengubah cara masyarakat dalam mengakses internet, termasuk mengonsumsi tayangan media. Riset Inventure dan Alvara memperkirakan kebutuhan internet masyarakat akan meningkat seiring gaya hidup digital. Di saat sama, masyarakat juga banyak mengakses konten-konten hiburan melalui platform streaming video lokal.

Temuan tersebut terungkap dalam riset yang bertajuk Indonesia Industry Outlook: Megashifts of the 25 Hottest Industries in 2022. Riset ini dilakukan dengan jajak pendapat terhadap 770 responden yang mayoritas generasi milenial di 10 kota besar di Indonesia pada Desember 2021. Studi sama juga dilakukan terhadap 25 industri termasuk telekomunikasi dan media.

Menurut riset tersebut, konsumsi internet masyarakat diperkirakan meningkat ke depannya. Kondisi itu tercermin dari 49 persen responden yang menyatakan akan terus menggunakan layanan fixed broadband atau WiFi di rumah, dan sama halnya dengan penggunaan mobile broadband.

Seiring dengan aktivitas digital tinggi, konsumen juga akan membutuhkan internet dengan kapasitas tinggi, katanya. Karena itu, tak heran bila 56 persen responden menyatakan mulai membutuhkan layanan 5G.

Berdasarkan riset sentimen lembaga sama, masyarakat akan menaruh perhatian pada perkara sinyal internet, biaya atau tarif, customer service, promo, dan kecepatan. Aspek promosi dan kecepatan beroleh sentimen positif tertinggi.

Konsumsi internet naik demi produktivitas

Director of Consumer Services Telkom Indonesia, Venusia, sepakat dengan hasil riset tersebut. Menurutnya, pandemi COVID-19 mau tak mau memang menciptakan gaya hidup digital. Kegiatan bekerja dari rumah (work from home/WfH), pembelajaran jarak jauh, dan akses layanan kesehatan melalui telemidisin menjadi beberapa bukti atas gaya hidup tersebut.

Kelak, menurut Venusia, kebiasaan tersebut bakal bertahan dan menjadi normal baru. Dia turut memproyeksikan bahwa perilaku tersebut akan mengubah cara warga mengonsumsi internet.

Dia menyebutkan, konsumsi internet baik fixed maupun mobile broadband di masa mendatang akan meningkat. Sebab, keduanya sama-sama dibutuhkan. Konsumen, misalnya, akan menggunakan mobile internet jika sedang berada di luar rumah. Namun, di rumah pun mereka tetap membutuhkan internet terutama dari broadband.

“Masyarakat akan tetap menambah konsumsi kuota data internetnya. Karena (konsumsi) itu enggak hanya untuk kebutuhan sosial tapi juga untuk mendukung produktivitas,” katanya dalam diskusi daring, Rabu (9/2). Dengan begitu, industri telekomunikasi ditaksir akan menuju era fixed mobile convergence serta pasar internet Indonesia juga masih akan besar.

Di luar itu, kata Venusia, industri telekomunikasi juga akan memperkuat bisnisnya terutama dalam aspek konektivitas digital, platform digital, dan layanan digital. Dalam penerapannya, alih-alih kompetisi, para pelaku sektor ini akan berkolaborasi. Sebab, dengan kolaborasi masing-masing pelaku bisa beroleh nilai tambah (added value).

“Jika dikerjakan oleh satu company, dibutuhkan resources yang sangat besar dan waktu yang sangat panjang sehingga kolaborasi menjadi kunci utama keberhasilan dalam bisnis telko ini,” ujarnya.

OTT lokal sedang menggeliat

Semenjak pandemi, masyarakat Indonesia juga diyakini lebih menyukai platform layanan streaming over the top (OTT) ketimbang layanan TV kabel, menurut riset sama. Berdasarkan jajak pendapat, 74,2 persen responden lebih menyukai layanan OTT video dibandingkan dengan layanan TV kabel,

Bahkan, 81,4 persen responden menyatakan tertarik menonton konten original lokal. Dan 80 persen responden berminat berlangganan OTT lokal yang lebih banyak menyediakan konten domestik.

Pada aspek pemain OTT lokal, 42,9 persen mengakui menyukai platform Vidio.com, diikuti RCTI Plus (42,1) persen, MNC (31,6 persen), dan Mola (21,3 persen).

“Sebelum ada OTT video, penonton menikmati layanan visual lewat bioskop dan TV. Perubahan preferensi menikmati layanan konten video lewat media baru itu, yang menjadi landasan terjadinya pergeseran perilaku konsumen, yang diikuti disrupsi,” ujarnya. Karena itu, kehadiran penyedia konten lokal menjadi penting

Related Topics