Manfaat Agentic AI Menjanjikan, Tapi Ada Tiga Tantangan Utamanya

- Penerapan agentic AI memberikan manfaat bagi perusahaan.
- Tantangan utama dalam implementasi AI meliputi keamanan, integrasi dengan sistem yang sudah ada, serta skalabilitas. sumber daya manusia.
- Aspek tantangan utama dalam penerapan agentic AI adalah manusia, proses, dan teknologi.
Jakarta, FORTUNE - Penerapan agentic AI, atau sistem kecerdasan buatan yang dapat beroperasi secara otonom, menjanjikan berbagai manfaat signifikan bagi perusahaan, mulai dari efisiensi pekerjaan, pengurangan biaya operasional, hingga peningkatan daya saing.
Presiden Direktur PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL), Susanto Djaja, memberikan contoh konkret bagaimana teknologi ini dapat mengoptimalkan proses bisnis pada industri ritel.
“Katakanlah [kita pemain] industri ritel, terima order online e-commerce. Nah, agent AI yang sudah ditanam itu bisa [memberikan instruksi] gudang terdekat mana yang bisa kirim ke customer lebih cepat dan lebih murah. Ini bisa diselesaikan,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (20/8).
Meskipun demikian, di balik potensinya yang besar, para pemimpin industri teknologi mengingatkan proses implementasi AI bukannya tanpa tantangan dan risiko.
Managing Director HP Indonesia, Juliana Cen, misalnya, menyoroti tiga tantangan utama dari sisi teknologi. Menurutnya, tiga area yang perlu mendapat perhatian khusus adalah keamanan, integrasi dengan sistem yang sudah ada, dan skalabilitas.
“Agentic AI itu [baru], sedangkan mungkin banyak perusahaan masih yang belum sampai ke sana. Jadi, bagaimana mengintegraskan teknologi yang sangat baru, dengan yang sudah ada. Itu akan jadi salah satu area yang perlu dilihat juga,” ujar Juliana.
Tantangan tersebut tidak hanya berhenti pada aspek teknis. Faktor sumber daya manusia (SDM) dinilai sama pentingnya. Menurut Juliana, keberhasilan adopsi AI sangat ditentukan oleh kemampuan, mindset, hingga budaya organisasi.
“Agent di balik teknologi itu manusia, untuk AI juga harus mengerti cara menggunakan teknologi tersebut. Belum lagi mengenai budaya di perusahaan,” ujarnya.
Pandangan ini sejalan dengan Country Manager Red Hat untuk Indonesia, Vony Tjiu, yang memandang bahwa tantangan utama penerapan agentic AI terletak pada tiga aspek utama, yaitu manusia, proses, dan teknologi. Dia menekankan adopsi AI harus didasari oleh tujuan bisnis yang jelas.
“Kalau hanya untuk [mau memakai saja], tanpa [tujuan yang jelas], pasti akan susah untuk dipertanggungjawabkan ke manajemen dan juga di kemudian hari,” kata Vony.
Menanggapi kekhawatiran mengenai pergeseran peran manusia, Susanto Djaja menilai sebagian fungsi pekerjaan kemungkinan akan tergantikan oleh AI, dan hal tersebut merupakan sebuah keniscayaan. Namun, ia menegaskan manusia tetap memiliki peran vital sebagai pengendali utama teknologi, "sehingga [kerja bisa] lebih efisien," ujarnya.