Menata Masa Depan Teknologi, AI dan Talenta Jadi Katalis Transformasi

Jakarta, FORTUNE - Industri telekomunikasi Indonesia sedang memasuki fase baru: konektivitas bukan lagi sekadar layanan, tetapi fondasi bagi ekonomi digital dalam sepuluh tahun ke depan. Dalam C-Suite Forum-Envisioning Tomorrow: How Technology Shapes The Next Decade pada gelaran National Technology Summit 2025 yang diselenggarakan oleh Linknet & APJII di The Kasablanka Hall Jakarta, Rabu (11/5), para pemimpin teknologi berbagi pandangannya bagaimana transformasi membentuk masa depan teknologi.
Perjalanan transformasi diungkap CEO MyRepublic, Timotius Max Sulaiman, bagaimana perusahaan itu beralih dari pemain regional menjadi motor ekspansi konektivitas nasional. “Pada 2021 kami hanya memiliki sekitar 500 ribu home passes. Sekarang jumlahnya mencapai sekitar 9,6 juta,” ujarnya.
Ekspansi MyRepublic tidak hanya menyasar kota besar. Mereka mulai menembus kota lapis kedua dan wilayah luar Jawa, seperti Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Perusahaan juga memenangkan lelang pita frekuensi 1,4 GHz untuk mempercepat penetrasi FWA di wilayah yang selama ini kurang terlayani.
Sementara itu, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mengusung visi inklusi digital. Director & Chief Business Officer IOH, Muhammad Buldyansah, menegaskan bahwa ekspansi jaringan bukan hanya soal skala bisnis.
“Tujuan kami sederhana: menjadi inklusif dalam memberikan layanan digital kepada masyarakat Indonesia,” katanya. Indosat memperluas cakupan hingga 95–96 persen populasi, dan mengandalkan kolaborasi dengan ekosistem mitra—mulai dari perusahaan infrastruktur, penyedia pusat data, hingga perusahaan keamanan siber. “Kami tidak bisa melakukannya sendiri,” tegas Buldyansah.
Linknet, yang kini berada dalam grup Axiata, memilih strategi agresif dalam pembangunan jaringan. President Director & CEO Linknet, Kanishka Gayan Wickram, mengatakan bahwa perusahaan mengejar target 3 juta home passes baru setiap tahun.
“Kami memperluas cakupan di kota besar agar lebih padat, dan masuk ke kota lapis kedua yang potensial,” ujarnya. Integrasi dengan ekosistem XL Axiata diharapkan menciptakan layanan bundling yang memberi pengalaman digital lengkap bagi pelanggan. “Pelangan tidak peduli siapa operatornya, yang mereka butuhkan adalah koneksi cepat dan andal,” tambahnya.
Ketika ditanya tentang peran teknologi dalam transformasi operasional, semua sepakat pada satu hal: masa depan industri ini digerakkan oleh AI. Buldyansah menjelaskan bagaimana AI mengubah cara Indosat merencanakan jaringan dan melayani pelanggan. “Kami bisa melakukan segmentasi hingga 10 juta kelompok pelanggan. Teknologinya sudah ada, dan hasilnya terlihat di laporan P&L kami,” katanya.
Linknet menggunakan machine learning untuk menganalisis pola perilaku pelanggan dan mencegah churn lebih dini. MyRepublic melihat AI sebagai bagian dari strategi jangka panjang. “Kami mengembangkan model untuk memetakan perilaku pengguna, bahkan mendeteksi gangguan dan memperbaikinya otomatis,” ujar Timotius.
Namun, adopsi AI juga menuntut tata kelola yang jelas. Chari T.V.T., Board Member dan Advisor UEM Sunrise Berhad Malaysia sekaligus Komisaris Linknet, mengingatkan bahwa teknologi tanpa regulasi sama dengan risiko. Ia mencontohkan insiden ketika laporan konsultan dinilai hanya hasil copy-paste dari sistem AI hingga kasus AI yang menyebabkan kerugian transaksi. “Dewan direksi bertanggung jawab memastikan kebijakan terkait AI benar-benar diterapkan,” tegasnya. Transparansi, audit independen, dan guardrails menjadi syarat agar inov
Fokus kembali pada inti dari konektivitas: manusia dan kesempatan. Timotius menegaskan pentingnya akses informasi untuk mengembangkan talenta nasional. “Potensi ada di mana-mana. Tapi persoalannya, apakah mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan akses informasi?” katanya. Konektivitas, baginya, bukan sekadar bisnis. “Saya membayangkan konektivitas menjadi hak dasar, seperti listrik dan air.”
Buldyansah menegaskan, "Penting menjadi bagian dari transformasi digital yang inklusif. Fokus kami bukan hanya jumlah pelanggan, tapi dampak nyata bagi masyarakat.”
Senada, Wickram mengatakan, “Kita akan melihat era di mana jaringan tidak lagi jadi hambatan, melainkan fondasi bagi ekonomi digital.”
Pada akhirnya, industri sepakat bahwa masa depan Indonesia adalah masa depan yang terhubung. Konektivitas memperluas peluang, AI mempercepat produktivitas, dan talenta menentukan arah bangsa. Jika semua pihak berjalan bersama, operator, pemerintah, dan pelaku inovasi, dekade berikutnya adalah dekade di mana Indonesia bukan hanya menjadi pasar digital besar, tetapi juga pemain teknologi yang diperhitungkan.

















