Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Perplexity Ajukan Tawaran Akuisisi Chrome dari Google Rp562 Triliun

aplikasi Perplexity (x.com/Perplexity)
aplikasi Perplexity (x.com/Perplexity)

Jakarta, FORTUNE - Startup kecerdasan buatan (AI) Perplexity melayangkan tawaran senilai US$34,5 miliar atau sekitar Rp562,28 triliun (mengacu kurs US$1=Rp16.298) untuk membeli peramban Chrome milik Google. Langkah berani ini dilakukan di tengah kemungkinan kewajiban divestasi yang dihadapi raksasa teknologi tersebut dalam kasus antitrust di Amerika Serikat.

Mengutip Bloomberg, juru bicara Perplexity menyampaikan bahwa proposal yang tidak diminta tersebut dikirim pada Selasa (12/8) pagi waktu setempat kepada Google—yang berada di bawah naungan Alphabet Inc.—dengan dukungan pendanaan dari investor eksternal.

Tawaran ini muncul setelah sebelumnya OpenAI juga menunjukkan minat untuk mengakuisisi Chrome beserta Chromium, proyek open-source yang menjadi basisnya. Keduanya merupakan pintu utama bagi miliaran pengguna dalam mengakses internet melalui komputer pribadi.

Jika rencana akuisisi berjalan mulus, Perplexity berencana menggelontorkan dana investasi sebesar US$3 miliar selama dua tahun guna mengembangkan Chrome dan Chromium, serta mempertahankan mayoritas tim pengembang yang ada saat ini.

Perusahaan tersebut menegaskan bahwa tawaran tidak mencakup kepemilikan saham di Perplexity untuk menghindari potensi masalah antimonopoli. Mereka juga memastikan tidak akan melakukan perubahan tersembunyi pada Chrome. “Ini bagian dari komitmen kami terhadap kontinuitas dan pilihan bagi pengguna, yang juga akan dipandang sebagai upaya menjaga stabilitas bagi Google dan pengiklannya,” ungkap perwakilan Perplexity.

Melansir TechCrunch, Google sendiri menolak memberikan komentar terkait kabar ini. Namun, perusahaan memastikan akan mengajukan banding terhadap putusan hakim yang menyatakan mereka melakukan monopoli ilegal di pasar pencarian daring, yang bisa membuat penyelesaian kasus tertunda hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Selain itu, Google disebut siap melawan setiap keputusan yang mengharuskan mereka melepas Chrome. Sebagai alternatif, raksasa teknologi tersebut mempertimbangkan opsi penyesuaian perjanjian pencarian default dengan Apple, Mozilla, dan Android untuk memperluas persaingan pasar.

Pemerintah AS sebelumnya merekomendasikan Google menjual Chrome dan memberikan lisensi data pencarian kepada para pesaing. Hal ini menyusul putusan Hakim Distrik AS Amit Mehta tahun lalu yang menyatakan Google memonopoli pencarian internet secara ilegal. Keputusan final terkait langkah korektif guna mencegah praktik monopoli diperkirakan akan keluar dalam waktu dekat.

Perplexity yang bermarkas di San Fransisco, selama ini berupaya menyaingi Google lewat layanan pencarian berbasis AI. Awal tahun ini, perusahaan berhasil mengantongi pendanaan senilai US$100 juta yang mengerek valuasinya hingga US$18 miliar. Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan soal kapasitas finansial Perplexity dalam menuntaskan pembelian Chrome. “Kami telah mendapatkan komitmen penuh pembiayaan dari sejumlah dana investasi besar,” ujar Chief Business Officer Perplexity, Dmitry Shevelenko, tanpa mengungkapkan siapa saja investornya.

Meski begitu, analis dari Robert W. Baird & Co., Colin Sebastian, menilai tawaran tersebut jauh di bawah nilai sebenarnya Chrome yang diperkirakannya mendekati US$100 miliar.

Sebelum ini, Perplexity juga pernah mencoba mengajukan penawaran kepada ByteDance Ltd., induk TikTok, untuk menggabungkan operasi mereka di AS dalam rangka membentuk entitas baru—sebuah langkah yang diambil saat TikTok terancam diblokir di Negeri Paman Sam.

Minat terhadap bisnis peramban web meningkat seiring dengan kompetisi perusahaan AI dalam membangun agen digital yang dapat menangani berbagai tugas pengguna, termasuk belanja daring. Perplexity sendiri tengah mempersiapkan peluncuran browser baru bernama Comet, yang akan dibekali agen AI.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us