TECH

5 Perilaku Konsumen Belanja Online di Twitter

Diskusi soal belanja di Twitter dongkrak penjualan merek 3%.

5 Perilaku Konsumen Belanja Online di TwitterShutterstock/Bro Crock
06 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Selama enam bulan pertama 2021, bahasan warganet mengenai kegiatan belanja ternyata berdampak pada citra merek, memengaruhi keputusan pembelian konsumen, hingga akhirnya menggenjot penjualan berbagai jenama.

Warganet banyak membahas aktivitas belanja di media sosial, salah satunya Twitter. Sampai akhirnya percakapan terkait topik itu mencapai 22 juta sejak Januari hingga Juni 2021, melesat 175 persen ketimbang periode serupa pada 2020.

Bersamaan dengan itu, perilaku belanja online para warga Twitter pun naik 38 persen sepanjang wabah Covid-19 melanda. Bahkan, menurut survei Twitter terhadap 2.548 pengguna di Indonesia, 23 persen merasa pengalaman belanja online serupa dengan belanja offline.

Kemudian, 25 persen responden survei mengklaim akan tetap belanja online walau toko offline sudah kembali beroperasi.

Tak berhenti di situ, Twitter juga menemukan fakta-fakta lain terkait perilaku belanja online di antara para penggunanya. Apa saja?

1. Dampak Ulasan terhadap Keputusan Pembelian

Di Twitter, orang-orang mencari rekomendasi, mengulas produk lewat utas (thread), bahkan mendiskusikan produk yang populer. Bahkan, 31 persen pengguna mengaku terbantu dengan ulasan produk di media sosial itu.

Country Industry Head Twitter Indonesia, Dwi Adriansah berujar, “ulasan di Twitter membantu konsumen untuk memutuskan produk apa yang ingin mereka beli.”

Selain itu, para konsumen di Twitter juga membahas tentang merek, promosi terbaik, hingga potongan harga.

2. Jenis Barang yang Mau Konsumen Beli di Pesta Belanja Online

Pada momen pesta belanja online, Twitter menemukan sejumlah produk yang ingin konsumen beli, yaitu perawatan pribadi (50 persen), pakaian/alas kaki (49 persen), produk teknologi (33 persen), kebutuhan harian (22 persen), alat-alat rumah tangga (21 persen), obat dan suplemen (14 persen), dan asuransi (2 persen).

Related Topics