Antisipasi Tekanan Global, Pebisnis Tak Akan Agresif Berekspansi

- Tekanan perdagangan global meningkat
- Pebisnis tak akan agresif berekspansi
- Adopsi teknologi AI untuk efisiensi dan retensi pelanggan
Jakarta, FORTUNE - Ketegangan perdagangan global kembali meningkat di awal 2025. Tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah komoditas dan produk dari negara berkembang mendorong ketidakpastian ekonomi dan menekan daya saing bisnis.
Di tengah situasi tersebut, strategi pelaku bisnis diprediksi akan mulai bergeser untuk tidak berekspansi secara agresif. Justru para pebisnis akan melakukan evaluasi manajemen proses bisnis yang lebih streamline, pendekatan yang lebih berorientasi efisiensi, loyalitas pelanggan, dan ketahanan jangka panjang. Terutama dalam hal pengelolaan customer journey mulai dari akuisisi hingga retensi.
“Saat dalam tekanan, kebutuhan akan solusi yang tidak hanya efisien namun juga menyeluruh dan adaptif menjadi semakin penting. Perusahaan tak lagi cukup mengandalkan tools terpisah yang hanya menyelesaikan sebagian kecil dari perjalanan pelanggan,” kata CEO Mekari, Brendan Rakhphongphairoj melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (29/4).
Untuk itu, Mekari sebagai platform software-as-a-service (SaaS) menjabarkan sejumlah insight global yang harus diwaspadai pebisnis Indonesia dalam akuisisi & retensi pelanggan di 2025.
Biaya akuisisi mahal, pebisnis mulai selektif

Seperti diketahui, dalam data studi global menunjukkan Customer Acquisition Cost (CAC) memang melonjak lebih dari 60 persen dalam lima tahun terakhir. Namun, pebisnis kini semakin selektif terhadap brand yang mereka pilih.
Di saat yang sama, pasar customer engagement global juga terus berkembang, diprediksi naik dari USD 22,3 miliar pada 2024 menjadi USD 48,5 miliar di 2032. Hal ini menunjukkan urgensi untuk mengadopsi pendekatan akuisisi yang lebih efisien dan bernilai tinggi.
Apalagi, sebanyak 80 persen konsumen lebih memilih brand yang memberikan pengalaman personalisasi. Namun sayangnya, banyak bisnis belum mampu memenuhi ekspektasi layanan yang cepat, personal, dan konsisten. Tanpa strategi engagement yang tepat, pelanggan mudah berpindah ke kompetitor hanya karena satu pengalaman buruk.
Tekanan ekonomi global dorong efisiensi

Di sisi lain, depresiasi rupiah, dan lonjakan biaya impor, perusahaan kini dituntut melakukan efisiensi. Namun efisiensi tidak cukup jika mengorbankan pengalaman pelanggan. Maka dari itu, adopsi teknologi berbasis AI menjadi sangat relevan karena mampu meningkatkan personalisasi, mempercepat respon, dan memperkuat retensi pelanggan dengan biaya lebih terukur.
Apalagi, pasar CRM di Indonesia sendiri diperkirakan akan tumbuh dari USD1,47 miliar di 2025 menjadi USD1,91 miliar pada 2030, seiring dengan digitalisasi bisnis yang semakin merata.
Menjawab tantangan tersebut, Mekari menghadirkan Mekari Qontak di 2025. Layanan ini merupakan evolusi dari platform CRM dan omnichannel menjadi intelligent customer platform. Pendekatan ini dirancang untuk mendukung pertumbuhan produktif bisnis di tengah tekanan biaya dan meningkatnya ekspektasi pelanggan, dengan menghadirkan solusi berbasis AI yang menyeluruh, mulai dari akuisisi hingga retensi pelanggan.
“Dengan kecerdasan buatan, otomatisasi proses, dan workflow yang fleksibel, Mekari Qontak kini hadir sebagai alternatif strategis terhadap tools yang terfragmentasi, menjadi fondasi keterlibatan pelanggan yang berkelanjutan di era kompetisi yang makin menuntut kecepatan dan akurasi,” pungkas Brendan.