BUSINESS

API: Pangsa Produk Tekstil RI Menyusut, Industri Rawan PHK

Sejumlah sinyal buruk di industri tekstil pun mulai terjadi.

API: Pangsa Produk Tekstil RI Menyusut, Industri Rawan PHKIlustrasi industri tekstil. (PxHere)

by Bayu Pratomo Herjuno Satito

31 October 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pangsa pasar dan permintaan produk tekstil Indonesia disebut terus menurun. Hal tersebut tak lepas dari dampak situasi global, mulai dari pandemi Covid-19, lockdown, hingga konflik Rusia-Ukraina.

Ketua Umum Asosiasi Perstekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja, mengatakan, luar negeri kue atau pangsa produk tekstil mengecil. "Otomatis produsen tekstil lain di luar Indonesia berusaha menjual barangnya ke negara lain (yang bukan sumber terjadinya permasalahan global), salah satunya Indonesia yang dibidik,” ujarnya kepada Fortune Indonesia, Senin (31/10).

Para produsen tekstil dunia, seperti Cina, India, maupun Vietnam pun mulai berbondong-bondong masuk ke pasar Indonesia. Hal ini turut berdampak terhadap menurunnya pangsa produk tekstil dalam negeri. 

Oleh karena itu, API dan anggotanya berharap pemerintah bisa sesegera mungkin mengambil langkah pengendalian impor agar pangsa pasar produk domestik yang tersisa tidak semakin tergerus produk bisa dimanfaatkan secara optimal oleh para pengusaha. 

Daya saing yang kuat

Sejumlah pekerja menata kain sarung di industri kain sarung Asaputex, Tegal, Jawa Tengah, Senin (27/12/2021). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.Sejumlah pekerja menata kain sarung di industri kain sarung Asaputex, Tegal, Jawa Tengah, Senin (27/12/2021). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.

Jemmy optimistis bahwa para pengusaha tekstil nasional mampu bersaing dengan pengusaha tekstil dari luar. Apalagi, Indonesia memiliki peluang dalam menguasai bahan baku kain utama dunia, seperti polyester dan rayon, dari hulu hingga hilir.

“Kalau rayon, bahkan Indonesia sudah siap dari Hutan Tanaman Industrinya (HTI), di negara lain mungkin Pohon Akasianya harus impor,” ucapnya. “Untuk polyester, petrokimianya sudah ada di Indonesia.”

Jemmy mengatakan, situasi ini sebenarnya menguntungkan Indonesia saat impor lebih tinggi daripada ekspor tekstil. Namun, yang perlu diperhatikan para pengusaha adalah tidak menerapkan harga dumping, di mana komoditas tekstil dijual dengan harga yang lebih tinggi di dalam negeri, sementara untuk ekspor dijual dengan harga lebih rendah.

Sinyal buruk yang mulai terjadi

Pekerja menyelesaikan proses pembuatan pakaian di rumah produksi Throwback, Kampung Warung Bandung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (1/9/2021).Pekerja menyelesaikan proses pembuatan pakaian di rumah produksi Throwback, Kampung Warung Bandung, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (1/9/2021) ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/rwa.

Related Topics