Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi; pertambangan milik - PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). (Dok. Merdeka Copper)

Intinya sih...

  • MDKA mencetak pendapatan US$502 juta sepanjang tiga bulan pertama 2025.

  • Kenaikan harga emas berkontribusi sekitar US$47 juta terhadap pendapatan perusahaan.

  • Tambang nikel SCM mengalami lonjakan produksi, namun pabrik peleburan RKEF mengalami penurunan produksi 22 persen secara tahunan.

Jakarta, FORTUNE - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencetak kinerja solid sepanjang tiga bulan pertama 2025. Pertumbuhan kinerja ini, salah satunya ditopang oleh penguatan harga emas serta efektivitas pengelolaan nikel dan tambang.

Presiden Direktur Merdeka, Albert Saputro mengungkapkan perusahaan yang ia pimpin itu membukukan pendapatan konsolidasi sebesar US$502 juta.

Adapun, kinerja tersebut sebagian besar ditopang oleh kenaikan harga emas yang signifikan, yang mana berkontribusi kepada pendapatan sekitar US$47 juta. Selain itu, kontribusi dari penjualan limonit kepada pihak ketiga turut memperkuat pendapatan perusahaan, menyumbang sekitar US$24 juta.

"Kenaikan ini membantu mengimbangi penurunan kontribusi dari produk hilir nikel dan segmen tembaga, sehingga penurunan pendapatan dari tahun ke tahun hanya sebesar 7 persen," kata dia dalam keterangan resmi, Selasa (1/7).

Kinerja Lini Bisnis

Di sisi operasional, tambang nikel yang dikelola SCM menunjukkan lonjakan produksi bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Produksi limonit tercatat mencapai 1,8 juta wet metric ton (wmt), tumbuh 54 persen YoY, sementara produksi saprolit melonjak tajam sebesar 190 persen YoY menjadi 1,3 juta wmt.

Albert menjelaskan kondisi tersebut sempat terjadi penurunan produksi secara kuartalan akibat curah hujan musiman, namun volume secara keseluruhan tetap jauh melampaui capaian tahun lalu.

Sementara untuk pabrik peleburan RKEF memproduksi 16.297 ton nikel dalam bentuk Nickel Pig Iron, produksi ini mengalami penurunan 22 persen secara tahunan.

Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh proses peningkatan bertahap di PT Bukit Smelter Indonesia (BSI) setelah perbaikan tungku pada kuartal keempat 2024, serta pemeliharaan terjadwal di PT Zhao Hui Nickel (ZHN), yang sempat dihentikan sementara akibat banjir. Hal ini diperkirakan bakal meningkatkan keselamatan dan efisiensi, serta mendukung penghematan biaya ke depan.

Adapun, pengembangan pabrik pengolahan HPAL oleh MBMA, yang merupakan bagian dari sistem produksi terintegrasi dan dijalankan bersama perusahaan-perusahaan material baterai global, juga mencatat kemajuan signifikan melalui anak perusahaan PT ESG New Energy Material (PT ESG), PT Meiming New Energy Material (PT Meiming), dan PT Sulawesi Nickel Cobalt (PT SLNC).

PT ESG ditargetkan mulai produksi dari Train A pada akhir 2024, dengan Train B direncanakan menyusul pada semester kedua 2025. Biaya operasional diperkirakan akan menurun lebih lanjut seiring transisi penggunaan bijih dari Tambang SCM dan integrasi Feed Preparation Plant (FPP) baru pada semester kedua 2025.

Sementara PT Meiming melanjutkan komisioning komponen utama, terutama autoklaf, dan memperoleh Izin Usaha Industri (IUI) pada April 2025.

Untuk PT SLNC mencatat kemajuan konstruksi sebesar 14,35 persen dan menargetkan komisioning pada semester kedua 2026. Proyek ini juga didukung oleh pembangunan jaringan pipa slurry baru dari Tambang SCM, memperkuat posisi MBMA untuk menyediakan produk nikel efisien, dapat diskalakan, dan sesuai dengan permintaan pasar.

Proses komisioning di Pabrik AIM juga terus menunjukkan kemajuan. Pabrik ini memulai produksi spons tembaga pada Januari 2025, dan pembangunan pabrik katoda tembaga mendekati penyelesaian. Adapun pabrik asam mencatat rekor produksi kuartalan baru sebesar 168.738 ton, dengan kapasitas operasional penuh ditargetkan tercapai pada semester kedua 2025.

Sementara itu proyek emas Pani telah berjalan 49 persen hingga akhir Maret 2025. Albert menyebut, rekayasa terperinci telah selesai, kontrak konstruksi utama telah ditetapkan, dan kontraktor telah mulai mobilisasi ke lokasi proyek. Model sumber daya pun terbaru menunjukkan potensi optimalisasi tambahan.

Dengan demikian komisioning ditargetkan sesuai rencana pada akhir 2025, dengan produksi emas pertama diperkirakan terjadi pada awal 2026. Selama kuartal tersebut, studi kelayakan untuk fasilitas penyimpanan tailing pertama untuk proyek carbon-in-leach telah diselesaikan. Kegiatan rekayasa, perizinan, dan perencanaan konstruksi akan terus berlangsung sepanjang 2025.

"Kami terus mencatat kemajuan yang konsisten di seluruh segmen bisnis inti dan telah menyelesaikan sejumlah langkah-langkah penting dalam proyek-proyek strategis kami. Merdeka tetap berkomitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang yang bertanggung jawab, sambil menjawab peluang dan tantangan yang terus berkembang pada 2025 dan seterusnya," pungkas dia.

Editorial Team

EditorEkarina .