BUSINESS

Panasonic Ekspor AC ke Vietnam, Industri Elektronik Mulai Menggeliat?

Total produksi pabrik AC Panasonic capai 600 ribu set/ tahun

Panasonic Ekspor AC ke Vietnam, Industri Elektronik Mulai Menggeliat?ilustrasi pelabuhan (unsplash.com/Michael)
20 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) memperluas pasar luar negeri dengan memulai ekspor perdana produk air conditioner (AC) ke Vietnam. Produk tersebut dihasilkan oleh unit bisnis PMI yang telah beroperasi sejak 1973. 

“Unit AC kami merupakan manufaktur AC terlengkap di Indonesia dengan nilai TKDN lebih dari 40 persen dan telah menggunakan refrigerant ramah lingkungan R32, serta membawa masuk teknologi termutakhir Panasonic “nanoe” yang bermanfaat untuk kesehatan,” kata Presiden Heating & Ventilation AC Company Panasonic Corporation, Masaharu Michiura.

Semula Panasonic Corporation memproduksi AC di Malaysia untuk diimpor ke Vietnam. Namun, perusahaan melakukan relokasi produksinya ke Indonesia dengan tujuan dapat memperluas bisnis AC perusahaan di dalam negeri.

Unit bisnis AC tersebut merupakan satu-satunya pabrik AC di Indonesia dengan kemampuan memproduksi secara penuh (full manufacture) mulai dari proses bahan baku hingga produk jadi. Jenis produk AC yang dihasilkan meliputi AC Split tipe Inverter maupun Non-Inverter dengan kapasitas ½ PK hingga 2 ½ PK dengan kapasitas produksi total sebesar 600 ribu set per tahun.

Subtitusi impor

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier mengatakan, pemerintah merespons positif langkah ekspor produk dan substitusi impor yang dilakukan perusahaan. Ia berharap, PMI agar dapat memproduksi komponen AC yang belum mampu diproduksi di Indonesia, serta meningkatkan kapasitas produksi komponen tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga tidak terlalu bergantung dengan komponen impor.

Sebanyak 40 produk AC produksi PMI telah mencatatkan tujuh kategori Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 40,49 persen, ditambah Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) mencapai nilai lebih dari 50 persen.

“Kemenperin mengapresiasi peran serta PMI dalam meningkatkan daya saing dan produktivitas industri nasional sesuai program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN),” ujar Taufiek Bawazier dalam keterangannya dikutip, Senin (20/3). 

Peningkatan investasi di sektor industri memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Sepanjang 2022, realisasi investasi sektor industri mencapai Rp1.207 Triliun. Sebanyak 54,2 persen dari realisasi investasi tersebut merupakan penanaman modal asing atau PMA.

Data ini menunjukkan kepercayaan investor dalam dan luar negeri yang semakin meningkat terhadap kebijakan pemerintah. Penambahan investasi tersebut mampu mendorong penyerapan sekitar 1,3 juta tenaga kerja. 

Peningkatan kompetensi SDM bidang Mold & Dies

Dalam acara yang sama, perusahaan juga meresmikan fasilitas   Hi-Tech   Mold   &   Dies Center yang pengembangannya mulai diinisiasi sejak 2016  dan mulai  diproses sejak 2020.

Proyek tersebut merupakan kerja sama internasional yang dibiayai hibah dari  pemerintah Jepang melalui Kemenperin untuk meningkatkan SDM industri di bidang mold & dies menuju pada level hi-tech.

Sekretaris Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri  Internasional (SesditjenKPAII) Kemenperin, Jonni Afrizon mengatakan, hibah tersebut telah diwujudkan dalam bentuk pengadaan peralatan/mesin, piranti lunak, serta ruangan dan fasilitas pendukung.

Fasilitas tersebut  akan digunakan untuk kegiatan pelatihan guna meningkatkan kompetensi serta kuantitas SDM industri di bidang mold dan dies. Fasilitas tersebut ditargetkan dapat melatih dan memberikan sertifikat kompetensi pada level medium dan  hi-tech kepada 2.000 tenaga kerja industri dalam tiga tahun ke  depan.

Program  pelatihan tersebut merupakan kerja sama antara Kemenperin, Indonesia Mold & Die Industry Association (IMDIA), Yayasan Matsushita Gobel, serta dukungan tenaga ahli dari Jepang.

“Dengan majunya teknologi dan kompetensi SDM yang dicetak melalui Hi-Tech Mold & Dies Center ini,diharapkan industri mold & dies dapat lebih banyak memproduksi barangnya di dalam negeri, sehinggaturut mendukung program substitusi impor, bahkan mampu bersaing dan semakin terlibat pada rantaisuplai global,” katanya. 

Related Topics