Deretan Bisnis Milik Orang Terkaya Indonesia Hartono Bersaudara
Menyebar pada berbagai macam sektor.
Jakarta, FORTUNE - Pemilik Djarum Group, Hartono bersaudara, kembali menjadi orang terkaya Indonesia versi Forbes.
Majalah bisnis asal Amerika Serikat tersebut menaksir harta kekayaan Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono mencapai US$47,7 miliar, atau Rp744,12 triliun dengan asumsi Rp15.600 per dolar.
Harta kekayaan mereka jauh meninggalkan perolehan pengusaha-pengusaha lainnya di Tanah Air. Dibandingkan dengan peringkat kedua, Low Tuck Kwong, saja nilai kekayaannya hampir empat kali lipat.
Hartono Bersaudara mengalami lonjakan kekayaan US$5,1 miliar dibandingkan dengan perolehan tahun sebelumnya, disumbang sebagian oleh penawaran umum perdana (IPO) PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI), yang membawahi e-commerce Blibli, dengan raihan dana segar pada saat melantai di bursa sekitar Rp8 triliun atau US$510 juta. Angka itu menjadikan Blibli sebagai perusahaan peraih dana segar terbesar kedua saat IPO.
Selain dari sektor teknologi, asal kekayaan Hartono Bersaudara berasal dari banyak sumber. Berikut rangkumannya:
Djarum
Bisnis Hartono bersaudara dalam industri tembakau dimulai oleh ayah mereka, Oei Wie Gwan, yang membeli perusahaan kecil bernama Djarum Gramophon, dan kemudian mengubah namanya menjadi Pabrik Rokok Djarum (PR Djarum) pada 1951 di Kudus, Jawa Tengah.
Perlahan, Djarum beralih rupa menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia dengan sejumlah produk populer seperti Djarum Coklat, Djarum 76, Djarum Super, hingga Djarum Black.
Polytron
Tidak berhenti dengan bisnis rokok, Hartono bersaudara mendiversifikasi bisnisnya ke sektor elektronik melalui PT Hartono Istana Teknologi (Polytron). Mereka mendirikan Polytron pada 1975 di Kudus, Jawa Tengah.
Produk pertama yang diluncurkan perusahaan elektronik tersebut adalah televisi. Lalu, pada 1984 Polytron merilis audio compo. Hingga saat ini, Polytron terus mengembangkan produknya hingga menghasilkan berbagai macam perlatan elektronik.
Di bawah Polytron, Grup Jarum mengoperasikan Mola TV, perusahaan yang menyediakan layanan streaming mulai 2019. Model bisnis Mola TV mencakup tv kabel, IPTV, dan video on-demand.
Bank Central Asia (BCA)
Pada mulanya, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) didirikan oleh Soedono Salim atau Liem Sioe Liong pada 1957. Cikal bakal berdirinya BCA ini dimulai dari pabrik rajut bernama NV Perseroan Dagang dan Industri Semarang Knitting Factory.
Bisnis BCA semakin berkembang hingga 1998 ketika krisis moneter Asia memaksa nasabah bank tersebut menarik dananya secara besar-besaran. Kondisi tersebut lantas menggiring BCA untuk masuk dalam program restrukturisasi Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Sekitar 92,8 persen saham BCA dikuasai pemerintah Indonesia melalui BPPN.
Seiring perkembangan bisnisnya, kepemilikan pemerintah atas BCA perlahan terus menurun. Hingga akhirnya pada 2007 Hartono bersaudara mengakuisisi bank itu.
Di bawah kendali Hartono bersaudara, bisnis BCA terus berkembang dan saat ini menjadi sumber terbesar kekayaan mereka.
Bisnis properti
Pada sektor properti, kepemilikan Grup Djarum yang paling terkenal adalah PT Cipta Karya Bumi Indah yang memenangkan pengelolaan kawasan Grand Indonesia pada 2004. Perusahaan tersebut membangun pusat perbelanjaan Grand Indonesia dan merenovasi Hotel Indonesia menjadi hotel bintang 5 dengan nama Hotel Indonesia Kempinski.
Masih dalam sektor properti, Grup Djarum juga membangun bisnis perumahan dan perhotelan yang tersebar di sejumlah wilayah, misalnya Bali Padma Hotel di Bali, Perumahan Karasang Resinda di Karawang, Perumahan Graha Padma dan Bukit Muria di Semarang.
HPI-Agro
Pada sektor sumber daya alam (SDA), Hartono memiliki bidang usaha pada komoditas sawit, yaitu PT Hartono Plantation Indonesia (HPI-Agro). Berdiri pada 2008, perusahaan agrobisnis kelapa sawit tersebut beroperasi di DKI Jakarta, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Perusahaan perkebunan milik Djarum itu tidak hanya berfokus pada komoditas sawit, melainkan telah pula berkembang ke cengkeh, tembakau, tebu, jarak kepyar, dan minyak atsiri.
Pada 2016, Djarum Grup diberitakan memperluas sayap bisnisnya di Pulau Sumba dengan investasi lebih dari Rp9 triliun melalui PT Muria Sumba Manis yang luas lahannya 50.000 hektare—memakai sistem hak guna pakai (HGP) 30 tahun.
Kopi Gadjah dan Yuzu
Grup Djarum juga memiliki afiliasi dengan PT Sumber Kopi Prima, perusahaan yang meluncurkan dua brand kopi instan, yakni Caffino dan Kopi Gadjah.
Masih terkait dengan produk minuman, perusahaan afiliasi lain Grup Djarum memproduksi minuman ringan kemasan, yakni Yuzu melalui PT Savoria Kreasi Rasa.
Supra Boga Lestari atau Ranch Market
Hartono Bersaudara mengakuisisi pengelola jaringan ritel Ranch Market, PT Supra Boga Lestari Tbk. (SUPR) pada 2021. Supra Boga Lestari mengawali usaha ritel modernnya pada 1998 dengan membuka supermarket pertama bernama Ranch Market.
Supra Boga Lestari melakukan penyesuaian konsep supermarket Ranch Market agar sesuai dengan kebutuhan pelanggan kelas atas dan menengah atas di Indonesia, sehingga toko-toko Ranch Market yang dibuka setelahnya telah menerapkan konsep Supra Boga Lestari.
Per 31 Desember 2021, supermarket Hartono bersaudara ini telah mengoperasikan 70 toko, yang terdiri dari 18 Ranch Market, 36 Farmers Market, 2 The Gourmet by Ranch Market, 3 Day2Day by Farmers Market dan 11 Farmers Family by Farmers Market di Jabodetabek, Surabaya, Malang, Gresik, Semarang, Dumai, Pekanbaru, Palembang, Balikpapan, Samarinda, dan Ambon.
Blibli atau Global Digital Niaga
PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli merupakan salah satu bisnis yang dimiliki oleh Hartono bersaudara pada sektor teknologi. Blibli berdiri sejak 2011 dan merupakan salah satu mal online terbesar di Indonesia.
Blibli terus melebarkan sayapnya dengan memasuki industri travel daring melalui Tiket.com. Ekspansi terus dilakukan emiten teknologi Hartono bersaudara ini. Terbukti pada 2021 ketika Blibli mengakuisisi saham pengelola Ranch Market, PT Supra Boga Lestari Tbk. (SUPR).
Blibli menjadi salah satu dari beberapa perusahaan milik Hartono Bersaudara yang melantai di Bursa.
GDP Venture
GDP Venture merupakan salah satu lini bisnis digital Hartono Bersaudara. Modal ventura ini didirikan oleh Martin Hartono, anak Robert Budi Hartono, pada 2010 dan telah berinvestasi pada berbagai macam perusahaan rintisan atau startup.
Pada 2011, modal ventura Hartono Bersaudara langsung tancap gas dengan tiga portofolio pada perusahaan digital seperti Blibli, Kaskus, dan Merah Putih Inc. Merah Putih Inc merupakan inkubator startup dengan berbagai macam portofolio.
Beberapa portofolio mentereng yang dimiliki GDP Venture adalah Dekoruma, Blibli, Halodoc, Tiket.com, 88rising, IDN Media, Kumparan, Narasi, hingga Visinema.