BUSINESS

Investasi Properti Komersial di Asia Pasifik Naik, Jepang Paling Aktif

Kenaikan ini merupakan kali kedua secara tahunan.

Investasi Properti Komersial di Asia Pasifik Naik, Jepang Paling AktifIlustrasi pasar properti. (Pixabay/coffee)
30 April 2024

Fortune Recap

  • Investasi properti di Asia Pasifik tumbuh 13 persen secara tahunan pada Q1-2024.
  • Asia Utara memimpin pertumbuhan investasi dengan Jepang sebagai pasar paling aktif di wilayah tersebut.
  • Pembeli domestik berfokus pada aset inti, sementara investor asing tertarik pada investasi oportunistik pada sektor perkantoran, logistik, dan industri di Jepang.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Konsultan Properti Jones Lang LaSalle (JLL) melaporkan bahwa Investasi properti di wilayah Asia Pasifik tumbuh 13 persen secara tahunan pada kuartal pertama 2024.

Hal tersebut menandai adanya kenaikan untuk kali kedua secara tahunan setelah penurunan yang terjadi dalam tujuh kuartal berturut-turut.

CEO Asia Pacific Capital Markets JLL, Stuart Crow, mengatakan Asia Pasifik menjadi satu-satunya wilayah di seluruh dunia yang mengalami pertumbuhan investasi real estat komersial pada kuartal pertama tahun ini dengan volume investasi US$30,5 miliar. 

“Peningkatan volume investasi terjadi di tengah investor global melakukan akuisisi besar-besaran, sementara investor institusional terus mengerahkan modalnya,” kata Stuart dalam keterangannya yang dikutip Selasa (30/4).

Asia Utara memimpin pertumbuhan di kawasan ini dengan Jepang sebagai pasar paling aktif di Asia Pasifik melalui nvestasi US$11,5 miliar. Capaian itu merupakan peningkatan hingga 29 persen secara tahunan sepanjang kuartal tersebut.

Pembeli domestik berfokus pada aset inti di Jepang, sementara modal asing menunjukkan minat pada investasi oportunistik.

Investor luar negeri tetap tertarik pada Jepang via akuisisi besar-besaran yang dilakukan pada sektor perkantoran, logistik, dan industri, karena kondisi keuangannya yang longgar, spread imbal hasil yang positif, dan pelemahan mata uang.

Related Topics