Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

IKI Maret 2025 Turun Tipis ke 52,98, Apa Penyebabnya?

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief usai konferensi pers di Jakarta, Kamis (27/6)/Dok. FOrtune IDN/desy y.
Intinya sih...
  • Kinerja industri pengolahan Maret 2025 mengalami perlambatan, IKI turun tipis ke 52,98.
  • 21 subsektor ekspansi, kontribusi terhadap PDB mencapai 96,5 persen, tapi industri karet dan mebel terkontraksi.
  • Permintaan tinggi terutama pada industri percetakan menjelang Ramadan dan Lebaran, meskipun IKI melambat karena periode puncak produksi telah dimulai sejak awal tahun.

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan adanya dinamika dalam kinerja sektor industri pengolahan pada Maret 2025. Kendati masih berada dalam zona ekspansi, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) mengalami penurunan menjadi 52,98.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, mengungkapkan bahwa angka IKI Maret ini sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 53,5.

"Sebanyak 21 subsektor mengalami ekspansi, dengan kontribusi terhadap PDB 2024 mencapai 96,5 persen," ujar Febri dalam konferensi pers IKI Maret 2025 pada Rabu (26/3).

Febri menyoroti dua subsektor yang mengalami kontraksi, yakni industri karet dan produk karet serta industri furnitur. Namun, kabar baik datang dari sejumlah industri lain yang mencatatkan nilai IKI tertinggi, di antaranya industri percetakan, produksi media rekaman, serta industri farmasi dan produk obat-obatan kimia dan tradisional.

Lonjakan permintaan pada industri percetakan menjadi perhatian khusus, terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan akan kemasan pada sektor makanan dan minuman menjelang Ramadan dan Idulfitri.

"Industri percetakan mengalami lonjakan permintaan, terutama untuk kemasan produk makanan dan minuman yang produksinya meningkat menjelang Ramadan dan Lebaran," ujar Febri.

Perlambatan IKI meski permintaan meningkat

Meskipun Ramadan lazimnya menjadi pendorong peningkatan konsumsi, IKI justru menunjukkan perlambatan. Febri menjelaskan bahwa hal ini kemungkinan disebabkan oleh puncak produksi yang telah terjadi sejak awal tahun.

Sektor makanan dan minuman menjadi contoh konkret dari tren ini. Permintaan memang melonjak menjelang Idulfitri, namun aktivitas produksi telah digenjot sejak jauh hari. Kontribusi besar sektor ini terhadap PDB industri manufaktur turut memengaruhi pergerakan IKI secara keseluruhan.

"Mungkin industri makanan dan minuman mulai mengurangi produksinya karena sebagian besar permintaan sudah dipenuhi sebelumnya. Mengingat sektor ini memiliki kontribusi besar terhadap PDB industri manufaktur, hal ini ikut memengaruhi penurunan IKI," ujarnya.

Febri mengatakan telah mendapatkan laporan terkait tren penurunan penjualan makanan minuman menjelang Lebaran.

“Tentu juga masih kami memonitor fenomena ini apakah memang produk makanan dan minuman akan terus mengalami tekanan terus sampai akhir Lebaran,” ujarnya.

Meski mengalami sedikit perlambatan, Kemenperin optimistis industri pengolahan tetap dalam kondisi ekspansif, terutama dengan prospek pertumbuhan pada beberapa subsektor unggulan.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us