Pendapatan PLN Cetak Rekor Tertinggi, Capai Rp545 Triliun!

- Pendapatan PLN cetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni Rp545,28 triliun.
- Peningkatan pendapatan didorong oleh penjualan listrik dan subsidi pemerintah serta laba usaha melonjak 28%.
- Laba bersih PLN turun 19,51% akibat kerugian kurs, namun siap investasi jumbo lewat RUPTL 2025–2034.
Jakarta, FORTUNE - Pendapatan PLN cetak rekor yang menakjubkan. PT PLN (Persero) mencatat pencapaian tinggi dalam laporan keuangan tahun buku 2024.
Perusahaan listrik milik negara ini berhasil mencetak rekor pendapatan tertinggi sepanjang sejarah, yakni Rp545,28 triliun. Jika ditarik ke belakang, PLN secara historis mencatat tren kenaikan pendapatan setiap tahun.
Hanya pada 2017, pendapatan PLN turun dari Rp282,3 triliun menjadi Rp255,3 triliun. Di luar tahun tersebut, pertumbuhan PLN terus berlanjut secara positif.
Didukung penjualan listrik dan subsidi pemerintah
Peningkatan pendapatan PLN didorong oleh beberapa faktor utama. Penjualan tenaga listrik tumbuh sebesar 5,9%. Penjualan dari Rp333,19 triliun pada 2023 menjadi Rp353,18 triliun pada 2024.
Selain itu, pendapatan dari penyambungan pelanggan turut naik menjadi Rp1,75 triliun, dibanding Rp1,29 triliun pada tahun sebelumnya. Tak hanya dari sisi penjualan, subsidi listrik dari pemerintah juga mengalami kenaikan signifikan dari Rp68,64 triliun menjadi Rp77,05 triliun.
Pendapatan kompensasi juga bertambah menjadi Rp100,18 triliun, naik dari Rp73,99 triliun pada 2023. Kontribusi dari pendapatan lain-lain juga meningkat menjadi Rp13,23 triliun. Padahal, sebelumnya pendapatan lain hanya Rp10,28 triliun.
Dengan semua komponen tersebut, laba usaha PLN ikut melonjak sebesar 28%, dari Rp47,20 triliun pada 2023 menjadi Rp60,62 triliun pada 2024.
Laba bersih turun akibat kerugian kurs
Meski pendapatan dan laba usaha mencatat rekor tertinggi, laba bersih tahun berjalan justru mengalami penurunan. Pada 2024, laba bersih PLN tercatat sebesar Rp17,76 triliun, turun 19,51% dari Rp22,07 triliun pada 2023.
Penurunan laba bersih disebabkan oleh kerugian selisih kurs yang dialami perusahaan. Jika pada 2023 PLN masih mencatat keuntungan kurs sebesar Rp3,72 triliun, pada 2024 terjadi kerugian kurs sebesar Rp6,78 triliun.
Selain itu, beban lain-lain meningkat menjadi Rp2,13 triliun. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi tahun lalu yang mencatat pendapatan lain-lain sebesar Rp1,51 triliun.
Siapkan investasi jumbo lewat RUPTL 2025–2034
Di tengah pencapaian finansial tersebut, PLN menatap masa depan melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. Hal itu baru saja diumumkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
RUPTL PLN disusun sebagai peta jalan pengembangan sistem kelistrikan nasional selama 10 tahun ke depan. Target utamanya adalah menciptakan energi berkelanjutan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa selama periode tersebut, Indonesia akan membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 69,5 gigawatt (GW). Sebagian besar proyek ini akan melibatkan pihak swasta melalui skema Independent Power Producer (IPP).
Skema tersebut menyumbang 73% dari total kapasitas atau sekitar 50,7 GW.
"Total nilai investasinya mencapai Rp2.133,7 triliun, dan sebesar Rp1.566,1 triliun berasal dari swasta. Namun, semua tetap berada dalam kendali PLN," ujar Bahlil.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan kesiapan PLN untuk mengemban peran strategis tersebut. Menurutnya, sinergi antara PLN dan sektor swasta merupakan kunci keberhasilan implementasi RUPTL.
"Ini bukan sekadar rencana, tapi komitmen PLN dalam memastikan ketahanan energi nasional sekaligus mendukung pencapaian target dekarbonisasi. Kami siap bersinergi untuk membangun masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan," pungkasnya.