Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Perluas Ekspansi, Walmart Habiskan US$110 Juta untuk Akuisisi Mal

ilustrasi logo Walmart (unsplash.com/Marques Thomas)
ilustrasi logo Walmart (unsplash.com/Marques Thomas)

Jakarta, FORTUNE - Walmart tampaknya sedang mengubah arah strateginya. Setelah puluhan tahun dikenal sebagai penyewa ritel terbesar di Amerika Serikat, raksasa big-box itu kini mulai serius menjadi pemilik properti. Sepanjang tahun ini, Walmart telah menggelontorkan lebih dari US$110 juta untuk membeli sejumlah pusat perbelanjaan di berbagai negara bagian.

Langkah terbaru datang dari akuisisi pusat perbelanjaan di Norwalk, Connecticut, senilai US$44,5 juta. Transaksi tersebut mengalahkan banyak penawar lain yang tertarik pada properti yang sama. “Walmart memberikan penawaran paling menarik,” ujar Jeff Kintzer, mitra di Royal Properties, firma yang mewakili penjual.

Di pusat perbelanjaan itu sendiri, Walmart sebenarnya sudah menjadi penyewa utama. Jadi, perpindahan status dari penyewa menjadi pemilik tidak terlalu mengejutkan. Namun, seperti dilaporkan The New York Times, langkah ini memperlihatkan pola baru dalam strategi kepemilikan aset Walmart. Perusahaan yang selama ini menguasai ruang ritel melalui jaringan sewa kini tampak berupaya memperkuat kendali atas lokasi-lokasi strategisnya.

Pola tersebut mulai terlihat sejak awal tahun. Pada Mei, Walmart membeli pusat perbelanjaan di Bethel Park, Pennsylvania, di mana mereka juga menjadi penyewa utama. Lebih menarik lagi, pada Januari lalu perusahaan membeli mal lain di Pennsylvania, wilayah yang sebelumnya bahkan belum memiliki toko Walmart sama sekali.

Melansir Fortune.com, salah satu pembelian yang paling disorot adalah Monroeville Mall di wilayah barat Pennsylvania, dengan nilai transaksi mencapai US$34 juta. Dua dekade lalu, Walmart sempat ingin membuka toko di kota Monroeville namun ditolak oleh otoritas lokal. Kini, lewat akuisisi mal tersebut, perusahaan berpotensi memasuki pasar yang dulu sempat menutup pintu.

Belum ada pernyataan resmi mengenai rencana ke depan, tetapi Walmart telah mengajukan permohonan hibah redevelopmen sebesar US$7,5 juta ke pemerintah negara bagian Pennsylvania. Dana itu akan digunakan untuk mendukung “pembongkaran total” mal dan pembangunan kompleks baru yang mencakup area ritel, restoran, serta fasilitas hiburan.

Langkah itu menunjukkan bahwa Walmart tidak sekadar membeli properti untuk menambah portofolio aset. Perusahaan tampaknya ingin menata ulang lanskap ritelnya agar lebih sesuai dengan perilaku konsumen masa kini yang mencari pengalaman berbelanja sekaligus hiburan di satu tempat.

Perubahan ini bukan tanpa latar belakang. Pada 2018, Walmart telah mengumumkan rencana untuk mengonsep ulang area di sekitar tokonya menjadi “town centers”—ruang multifungsi yang dapat menampung penjual lokal, pusat kebugaran, hingga fasilitas rekreasi komunitas.

Jika strategi ini berlanjut, pembelian Monroeville Mall bisa menjadi bagian dari rencana besar tersebut. Kepemilikan langsung atas lahan memberi Walmart keleluasaan untuk mengembangkan model bisnis baru tanpa harus menunggu persetujuan dari pemilik properti lain.

Bagi perusahaan yang sudah lama identik dengan efisiensi dan harga murah, langkah ini menandai babak baru dalam evolusi bisnisnya: dari sekadar tempat belanja kebutuhan sehari-hari menjadi pengelola ruang hidup urban yang lebih kompleks. Dan di tengah warga Amerika yang terus membeli kantong sampah dan soda Great Value di toko-toko Walmart, sang raksasa ritel tampaknya kini justru berbelanja sesuatu yang jauh lebih besar, mal demi mal.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Business

See More

Airbus Tambah Pabrik A320 di Cina untuk Genjot Produksi

22 Okt 2025, 19:00 WIBBusiness