BUSINESS

GoTo: Menebus Emisi dengan Tiga Inisiasi

GoTo punya 3 jurus untuk menebus emisi bisnisnya. Apa saja?

GoTo: Menebus Emisi dengan Tiga InisiasiIlustrasi logo GoTo. (Shutterstock/Wirestock Creators)
31 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kondisi lingkungan membuat William Tanuwijaya memikirkan nasib anaknya di masa depan. Hal itu bukan tanpa sebab. Ketika istrinya tengah mengandung tiga tahun lalu, dia beroleh rentetan kabar buruk dari media massa dan penelitian internasional.

Pikirannya melayang pada masa ketika anaknya lahir ke dunia. Saat itu laporan mengenai proyeksi krisis air bersih Pulau Jawa pada 2040 baru dirilis. Sudah begitu, Jakarta diprediksi menjadi kota dengan tingkat polusi terburuk di dunia. Fakta suram lain, tanah ibu kota politik dan ekonomi Indonesia itu tiap tahun amblas sekian sentimeter.

“Saya membayangkan anak saya baru lahir. Nanti 20 tahun usianya dia, (tapi) akses ke air dan udara bersih saja dia sudah tak memiliki hak untuk itu,” kata William Tanuwijaya berbagi cerita kepada Fortune Indonesia pada pertengahan November tahun lalu.

Sebagai perantau di Jakarta, dia merasa ikut menyumbang masalah terhadap lingkungan—seperti penurunan muka tanah dan polusi yang semakin parah. Namun, dengan keberadaan Tokopedia, William sedikit membuka jalan bagi warga daerah untuk merintis usaha. Jika usaha itu berhasil, mereka yang bermimpi ‘menaklukkan Jakarta’ dapat melakukannya dari wilayahnya masing-masing.

Akan tetapi, William memandang langkah itu belum cukup. Bersama GoTo—perusahaan merger Gojek dan Tokopedia—pria lulusan Universitas Bina Nusantara itu berkomitmen menerapkan konsep Three Zero: Zero Emission, Zero Waste, dan Zero Barrier sepenuhnya pada 2030. Itu manifestasi dari prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) perusahaan.

Sosok yang masuk daftar Fortune Indonesia Businessperson of the Year 2021 itu mengatakan GoTo akan memanfaatkan modal dari putaran pendanaan pra-IPO (Initial Public Offering) dan IPO untuk sektor ESG. Dalam penutupan pertama putaran investasi pada November 2021, GoTo berhasil menghimpun lebih dari US$1,3 miliar (Rp18,6 triliun). Sementara itu, lewat IPO, perseroan menghimpun dana senilai US$1,1 miliar.

Langkah William tak semata-mata demi si buah hati, tapi juga sebagai bentuk tanggung jawab atas operasional GoTo. Perkaranya jelas. Gojek maupun Tokopedia sama-sama menyumbang jejak karbon dengan porsi dan bentuk yang berbeda.

Secara menyeluruh, menurut GoTo Sustainability Report 2021, jejak emisi GRK GoTo mencapai 822.898 ton setara karbondioksida (tCO2e). Jejak karbon dikelompokkan jadi tiga, yakni Cakupan 1 (0,18 persen), Cakupan 2 (0,57 persen), dan Cakupan 3 (99,25 persen).

Proporsi terbesar datang dari penggunaan produk yang dijual (87,59 persen), bagian dari Cakupan 3. Tapi, bila dibandingkan tahun 2020, jejak karbon dari penggunaan produk yang dijual telah menurun 7,11 persen dari 94,70 persen.

Tak heran, jika dalam wawancara dengan Fortune Indonesia tahun lalu, Head of Sustainability GoTo Group Tanah Sullivan mengatakan, pihaknya akan berfokus pada sektor itu lebih dulu—mengingat dampaknya yang besar terhadap lingkungan.

Untuk merealisasikannya, GoTo menggelontorkan investasi tidak sedikit. Namun, itu sepadan dengan tujuan yang ingin diraih decacorn tersebut dalam beberapa tahun ke depan.

“Jadi sebagai platform sebesar GoTo, kita memang ada tanggung jawabnya (di bidang ESG), we have a role to play,” ujar Tanah. “Kami di sini untuk waktu yang lama, jadi memikirkan secara jangka panjang.”

Mengurangi Emisi

Armada Electrum. (Sumber: GOTO)

William tak menampik fakta bahwa jutaan mitra pengemudi pada ekosistem GoTo berkontribusi terhadap polusi Jakarta. Meski, kehadiran mereka membantu memenuhi berbagai kebutuhan para pengguna.

GoTo pun berniat mengonversikan semua motor konvensional di ekosistemnya menjadi motor listrik pada 2030 sebagai bagian dari inisiasi niremisi (Zero Emission). “(Ini) akan menjadi salah satu yang mendapatkan fokus investasi, khususnya ke depan,” ujarnya.

Untuk itu, GoTo mendirikan Electrum bersama dengan PT Karya Baru TBS–anak usaha PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Keduanya pun menyiapkan dana sekitar Rp16 triliun–Rp17 triliun sejak 2021 hingga lima tahun setelahnya.

GoTo tidak ingin sekadar menjadi importir, tetapi berambisi menciptakan ekosistem motor listriknya sendiri. Sebab menurut Komisaris GoTo, Kevin Aluwi, tidak cukup hanya mendorong satu aspek saja untuk mewujudkan akselerasi pemanfaatan kendaraan listrik sepenuhnya.

Pertengahan November 2021, dia menjelaskan, “(Kami akan menyediakan) dari pengemasan baterai, set up untuk pemindahan baterai, distribusi kendaraan, sampai ke pembiayaan.”

Namun, GoTo masih malu-malu membeberkan skema dan nominal pembiayaan yang dimaksud. Yang jelas, menurut Tanah, GoTo akan mengutamakan keterjangkauan agar tidak membebani para pemangku kepentingan—termasuk para mitra pengemudi.

“Jadi sih kami maunya bukan menawarkan motor yang (harganya) 10 kali lipat ketimbang motor konvensional,” katanya. “Untuk harga spesifik, kami masih belum bisa menyebutkan, tapi tujuannya: harga motor listrik yang kami tawarkan harus sama dengan motor konvensional di pasaran.”

Karena itu, GoTo melakukan uji coba lebih dulu sebelum secara masif mengimplementasikan inisiatif tersebut. Sebagai langkah awal, GoTo dan TOBA tahun ini melepas 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan. Para mitra berkesempatan menjajal kuda besi berbaterai tersebut agar dapat dimintai pendapat demi kebutuhan pengembangan. GoTo tak bergerak sendiri, tapi menggandeng mitra, seperti Gesits, Mitsubishi Motors, Santomo, Pertamina, dan Gogoro—perusahaan di sektor baterai swap asal Taiwan.

“Ini bukan karena kami ingin membuat perusahaan kendaraan listrik, tetapi kami ingin menyokong pembangunan ekosistemnya di Indonesia,” jelas Tanah.

Selanjutnya, GoTo menargetkan memperluas skala uji coba hingga 5.000 unit motor listrik sebagai target periode awal. Perusahaan itu juga berambisi meraih penggunaan motor listrik hingga 1 juta kilometer pada platform Gojek, yang bisa dicapai dalam jangka waktu tiga bulan.

Menurut Managing Director Electrum, Patrick Adhiatmadja, GoTo dapat menekan 85 ton karbondioksida (CO2) jejak karbon per satu juta kilometer jarak tempuh.

“Uji coba lewat ratusan kendaraan sudah capai lebih dari empat juta kilometer. Jadi kalau empat juta kilometer, sudah menekan pencemaran CO2 sebanyak 340 ton,” ujarnya di diskusi panel dengan media di Nusa Dua, Bali, dikutip dari Antara.

Setelah mengaspal di Jakarta Selatan, 50 kuda besi listrik Electrum juga akan tersedia di Nusa Dua pada November 2022, ketika G20 dilaksanakan.

Dari segi internal, kantor-kantor Gojek dan Tokopedia juga beralih ke sumber energi terbarukan (EBT). Di kantor Tokopedia misalnya, dayanya sudah mengombinasikan listrik PLN dan tenaga surya, lewat kemitraan dengan Xurya. Sementara di Gojek, inisiatif itu dimulai tahun ini. Adapun, per Januari 2022, GoTo pun sudah membeli 361 Sertifikat Energi Terbarukan dari PLN, setara dengan konsumsi listrik sebanyak 361.000 kWh.

“Jumlah itu akan terus bertambah guna membantu menyerap sebagian jejak karbon kami dan meningkatkan kontribusi dalam proyek energi terbarukan,” tulis GoTo dalam laporan keberlanjutannya.

Perseroan pun melibatkan para pengguna dalam memantau dan mengurangi emisi. Salah satu caranya melalui fitur GoGreener Carbon Offset, yang dapat mengukur dan mengimbangi emisi tiap pengguna GoCar/GoRide, serta GoGreener Tree Collective. Ada pula layanan GoTransit, yang menghubungkan transportasi umum dengan transportasai first mile dan last mile di Gojek. 

Menekan Jumlah Limbah

TokoCabang milik Tokopedia. (Sumber: Tokopedia)

Related Topics