Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Tarif Trump Picu Kekacauan Pengiriman Pesawat dan Suku Cadang

Airbus A380.
Airbus A380. (Airbus.com)

Jakarta, FORTUNE - Produsen pesawat, maskapai penerbangan, dan para pemasok tengah meninjau ulang kontrak bernilai miliaran dolar guna mengkaji dampak tarif perdagangan, menyusul langkah mengejutkan dari pemasok besar asal Amerika Serikat, Howmet Aerospace.

Menurut laporan Reuters, Howmet mengklaim “kejadian force majeure” yang memberi mereka dasar hukum untuk menghentikan pengiriman jika terkena dampak tarif dari kebijakan Presiden AS saat itu, Donald Trump. Perusahaan ini dikenal memproduksi komponen mesin, pengikat badan pesawat, dan bagian penting lainnya.

Langkah ini dinilai para analis sebagai pemantik debat baru soal siapa yang harus menanggung beban biaya akibat perang dagang yang terus berkembang, termasuk gangguan dalam rantai pasok. “Howmet telah melakukan langkah catur, menyatakan force majeure dan mengancam akan menghentikan pengiriman. Kita semua tahu bahwa hanya dibutuhkan satu mur atau baut untuk menghentikan seluruh rantai pasok,” tulis analis Jefferies, Sheila Kahyaoglu.

Ia menambahkan, “Ini pada akhirnya adalah upaya untuk mengalihkan kenaikan biaya input pada area yang belum dilindungi … Menurut pandangan kami, potensi penghentian pengiriman menciptakan posisi tawar bagi Howmet, tetapi juga bergantung pada seberapa jauh pelanggan mereka bersedia mengalah.” Namun, Howmet menolak memberikan komentar atas laporan tersebut.

Sejauh ini, dampak biaya dari perang dagang senilai lebih dari US$800 miliar tersebut cenderung diteruskan kepada penumpang, yang memicu kenaikan harga tiket penerbangan. Tarif 20 persen yang dikenakan Trump terhadap produk Uni Eropa, termasuk pesawat Airbus, dan potensi balasan dari Uni Eropa terhadap Boeing menjadi titik kritis berikutnya.

Industri penerbangan selama ini beroperasi di bawah perjanjian perdagangan bebas bea sektor dirgantara sejak 1979 yang berlaku di AS dan Kanada, namun tidak mencakup Meksiko. Ketegangan tarif yang kembali mencuat dinilai berpotensi menimbulkan kekacauan di seluruh rantai pasok.

“Secara definisi, industri penerbangan adalah pasar global baik untuk pembeli maupun penjual. Ketika gesekan seperti ini muncul dengan nilai uang yang sangat besar, akan langsung timbul kekacauan, bukan hanya untuk pesawat, tetapi juga untuk mesin dan berbagai suku cadang — dari avionik hingga kursi,” ujar penasihat industri penerbangan, Bertrand Grabowski.

Seorang pengacara dari Eropa menyatakan bahwa beberapa kliennya telah mencari cara untuk melindungi diri dari dampak tarif ini. “Saya rasa belum ada klien saya yang sampai pada tahap ingin secara spesifik memicu ketentuan kontraktual. Tapi mungkin itu hanya soal waktu,” ujarnya sumber anonim itu.

Penundaan pengiriman dan boikot memperkeruh industri

Langkanya pasokan suku cadang saat ini memperkuat posisi tawar para pemasok. Namun, produsen pesawat tetap memiliki kartu as: pengembangan pesawat generasi berikutnya. Dalam industri yang bersiklus panjang, cara pemasok menyikapi negosiasi saat ini diyakini akan mempengaruhi keputusan proyek masa depan. Airbus dan Boeing belum memberikan tanggapan. Sementara itu, ketegangan lain juga berlangsung antara produsen dan maskapai. Situasi ini mempertegas dinamika yang semakin kompleks di sektor dirgantara global.

Kebijakan tarif pemerintahan Trump yang berubah-ubah turut memicu ketidakpastian dalam rantai pasok industri penerbangan, dengan potensi penundaan pengiriman pesawat ke maskapai besar seperti Delta Air Lines.

Selama beberapa bulan terakhir, mobil, barang konsumen, dan peralatan industri tertahan di pelabuhan, gerbong kereta, hingga gudang akibat kebijakan bea masuk yang tidak konsisten dari Gedung Putih. Kini, industri dirgantara turut merasakan dampaknya meski belum menjadi target langsung dari tarif.

Pesawat dan mesinnya biasanya dipesan bertahun-tahun sebelumnya. Namun, kebingungan tarif kini mengancam keterlambatan pengiriman. Perubahan yang kerap terjadi serta kenaikan biaya disebut menambah tekanan terhadap rantai pasok yang sudah terganggu akibat kekurangan komponen dan tenaga kerja.

Melansir Reuters, di Mirabel, Quebec, para pekerja Airbus telah merakit satu unit pesawat A220 berkapasitas 130 kursi untuk Delta. Namun, belum jelas apakah pesawat itu akan dikirim tanpa bea masuk atau justru dikenai tarif 25 persen karena komponen yang dibuat di luar AS. Pesawat tersebut dijadwalkan dikirim pada Juni mendatang. Delta dan Airbus sama-sama menolak memberikan komentar apakah unit A220 tersebut akan dikenai tarif.

Perang dagang yang memanas juga berdampak pada boikot pengiriman pesawat. Pemerintah Cina memerintahkan maskapai-maskapai domestik untuk menangguhkan penerimaan pengiriman pesawat buatan Boeing, di tengah meningkatnya ketegangan dagang dengan Amerika Serikat. Selain menghentikan pengiriman pesawat, otoritas Cina juga meminta perusahaan penerbangan dalam negeri untuk menunda pembelian suku cadang dan peralatan pesawat yang berasal dari Amerika Serikat.

Melansir laporan AFP, keputusan Cina untuk membatasi impor pesawat dan komponen dari AS diperkirakan akan berdampak langsung terhadap biaya operasional maskapai—terutama yang saat ini masih bergantung pada pesawat Boeing dalam skema sewa. Selain itu, pemerintah Cina kini mempertimbangkan dukungan finansial bagi maskapai yang telah terlanjur menyewa jet asal AS dan menghadapi beban biaya tambahan akibat kebijakan tarif.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us