Kiwoom Sekuritas Prediksi BI Pangkas Suku Bunga Pekan Ini

- Analisis Kiwoom Sekuritas memproyeksikan pemangkasan suku bunga acuan ke 5,50 persen dalam RDG pada Rabu (21/5).
- Kiwoom memperkirakan dua skenario.
Jakarta, FORTUNE - Kiwoom Sekuritas memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps), menjadi 5,50 persen. Prediksi ini kemungkinan besar akan terwujud dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan berlangsung Rabu (21/5).
"Probabilitas pemangkasan suku bunga 25 bps ini bisa terus terbuka apabila penguatan rupiah stabil dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed menguat secara konsisten dalam beberapa hari ke depan," demikian Liza Camelia, Head of Research Kiwoom Sekuritas, dalam risetnya, dikutip Selasa (20/5).
Kiwoom menguraikan dua skenario. Skenario optimistis ini didukung oleh stabilitas nilai tukar rupiah yang relatif terjaga pada kisaran Rp16.435 per dolar AS.
Kondisi ini dinilai memberikan ruang bagi BI melakukan pelonggaran kebijakan moneter secara terukur.
"Situasi serupa terjadi pada 17-18 September 2024, saat BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dari 6,25 persen menjadi 6 persen. Ketika itu, nilai tukar rupiah berada di Rp15.330 per dolar, menunjukkan stabilitas yang mendukung keputusan pelonggaran kebijakan moneter," ujarnya.
Dari sisi eksternal, keputusan Moody’s yang memangkas peringkat kredit pemerintah AS dari AAA menjadi AA1 turut meningkatkan sentimen pelepasan aset berbasis dolar, sehingga memperlemah dolar AS secara global. Fenomena ini berpotensi memperkuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Sejalan dengan itu, rapat bank sentral Cina (PBOC) juga akan digelar besok untuk menentukan keputusan suku bunga. Konsensus pasar memperkirakan pemangkasan loan prime rate sebesar 10 bps sebagai bagian dari dorongan stimulus pertumbuhan.
Apabila realisasi sesuai ekspektasi, Kiwoom memperkirakan Indonesia juga memiliki ruang untuk mulai memangkas suku bunga.
"Dalam konteks ini, BI memiliki kesempatan memberikan sinyal dovish lebih awal, mendukung pertumbuhan domestik tanpa terlalu mengorbankan stabilitas eksternal," kata Liza.
Kendati demikian, Fed sendiri belum memangkas suku bunga acuannya, meskipun inflasi konsumen AS telah menurun menjadi 2,3 persen pada Maret 2025 (dari 2,4 persen pada Maret 2025 dan 2,8 persen pada Februari 2025).
Hal ini memicu skenario pesimistis, dengan BI cenderung bersikap hati-hati demi menjaga stabilitas rupiah dan menghindari tekanan outflow modal.
Laporan Bloomberg menunjukkan Fed mengisyaratkan akan mempertahankan suku bunga acuannya hingga September 2025.