Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

HSBC Catat 48% Manajer Keuangan Khawatir Terhadap Risiko Penerapan AI

ILUSTRASI HSBC
ILUSTRASI HSBC (DOK.HSBC.COM)
Intinya sih...
  • 48% manajer keuangan di Indonesia khawatir terhadap risiko penerapan AI, terutama dalam hal keamanan siber.
  • AI dianggap dapat meningkatkan efisiensi dan pengambilan keputusan, tetapi masih ada tantangan biaya sistem dan keterbatasan sumber daya manusia.
  • Implementasi teknologi bisa mendukung penerapan real-time treasury untuk memudahkan pengelolaan data dan pengambilan keputusan yang responsif.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - PT HSBC Indonesia melakukan survei ke sejumlah manajer keuangan/treasuri perusahaan di Asia. Dari hasil survei terungkap, di Indonesia, 48 persen responden khawatir akan risiko penerapan kecerdasan buatan (AI) sebagai teknologi baru, khususnya dalam hal keamanan siber.

Anne Suhandijo, Head of Global Payments Solutions HSBC Indonesia mengatakan, survei HSBC bertajuk Redefining Treasury in Asia Pacific: Voices of Treasury 2025 menunjukkan, manajer keuangan/treasuri perusahaan di Indonesia melihat manfaat signifikan dari otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan efisiensi serta pengambilan keputusan.

AI dianggap bisa memberikan prediksi lebih akurat terkait proyeksi arus kas dan transaksi lindung nilai (hedging), khususnya dalam menghadapi volatilitas mata uang dan suku bunga.

Namun demikian, sebagian besar manajer keuangan/treasuri di Indonesia khawatir terhadap risiko penerapan AI sebagai teknologi baru. Hasil ini menjadi yang tertinggi dibandingkan tujuh negara Asia Pasifik lain yang terlibat dalam survei.

"48 persen dari mereka beranggapan bahwa masih tinggi sekali nih risiko menggunakan teknologi khususnya dalam hal keamanan siber," ujar Anne dalam media briefing Survei HSBC: AI dan Tren Digitalisasi Keuangan Perusahaan Masa Depan, Kamis (16/10).

Selain isu keamanan siber, tantangan lain yang dihadapi adalah biaya sistem dan keterbatasan sumber daya manusia untuk mengimplementasikan teknologi baru."Jadi teknologi ini penting, tapi ada hal-hal yang masih dipikirkan (oleh para treasurer)," katanya

Padahal, implementasi teknologi bisa mendukung penerapan real-time treasury sebagai sistem yang selalu aktif. Sehingga ujungnya memudahkan para treasurer mengelola data dan meminimalisir kesalahan.

Pasalnya, menurut Anne, kondisi saat ini masih banyak perusahaan di Indonesia yang menggunakan proses manual dalam pengelolaan keuangan, mulai dari melakukan cek saldo, rekonsiliasi data perbankan, hingga menerima pembayaran yang masih bergantung pada uang tunai atau cek.

"Misalnya tiba-tiba dolarnya naik atau turun, sulit kan untuk mengantisipasi. Begitu dibilang, wah dolar-rupiah menjadi Rp17.000. Mereka akan sulit sekali untuk bergerak," lanjutnya.

Padahal dengan real-time treasury, yang merupakan bagian dari AI, semua proses itu otomatis, sehingga perusahaan bisa lebih responsif dalam mengambil keputusan.

Meski demikian, Anne melihat pelaku bisnis di Indonesia saat ini tengah bergerak dan bertansformasi menuju otomatisasi. Dari yang semula mengandalkan proses manual, perusahaan mulai beralih ke internet banking, hingga kini menggunakan konektivitas langsung dengan bank melalui API untuk transaksi maupun pertukaran data.

Ke depannya, survei menunjukan responden memiliki optimisme terhadap pemanfaatan AI ini akan sangat berguna dalam tiga tahun mendatang.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us

Latest in Finance

See More

HSBC Catat 48% Manajer Keuangan Khawatir Terhadap Risiko Penerapan AI

16 Okt 2025, 20:44 WIBFinance