Laba Melonjak 21%, Ini Strategi Kredit BTN di 2026

- Laba bersih BTN melonjak 21,10% menjadi Rp2,91 triliun hingga November 2025.
- Pertumbuhan kredit dan pembiayaan mencapai Rp386,47 triliun, naik 8,74% (YoY).
- DPK BTN meningkat 15,77% menjadi Rp423,96 triliun; aset BTN tembus Rp503,99 triliun hingga November 2025.
Jakarta, FORTUNE – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) membukukan laba bersih senilai Rp2,91 triliun atau melonjak 21,10 persen (YoY) hingga akhir November 2025. Pertumbuhan kuat ini ditopang oleh pendapatan yang disumbang dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) serta strategi pendanaan yang lebih efisien.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, BTN berhasil menerapkan strategi penyaluran kredit yang lebih terarah dan terstruktur, serta upaya peningkatan dana murah di tengah tren penurunan biaya dana atau cost of fund.
“Pencapaian kinerja BTN hingga akhir November 2025 menunjukkan bahwa BTN mampu menjaga pertumbuhan positif yang tetap on track menuju akhir tahun sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan. BTN masih akan terus mengoptimalisasi upaya untuk mencapai target akhir tahun dengan tetap diiringi kehati-hatian dan langkah yang cermat,” ujar Nixon melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (17/12).
Pertumbuhan laba bersih tersebut, lanjut Nixon, didukung oleh kredit dan pembiayaan BTN yang mencapai Rp386,47 triliun hingga 30 November 2025, naik 8,74 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp355,42 triliun.
Menjelang pergantian tahun, Nixon menyebut strategi BTN akan tetap fokus pada penyaluran kredit ke sektor perumahan terutama KPR subsidi dan non subsidi dalam rangka memenuhi kebutuhan hunian di Indonesia. Selain itu, penyaluran kredit juga akan diarahkan ke korporasi dengan berbagai sektor, termasuk sektor real estate, listrik, gas, air, dan perdagangan besar juga terus digencarkan.
DPK melonjak 15,77%, aset BTN tembus Rp503,99 triliun

Selain itu, BTN juga membukukan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) seiring dengan upaya perseroan meningkatkan pendanaan terutama dana murah atau CASA. Hingga akhir November 2025, DPK BTN meningkat 15,77 persen (YoY) menjadi Rp423,96 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp366,22 triliun.
Sementara itu, di sisi perolehan DPK, BTN akan melanjutkan strategi peningkatan pendanaan berbiaya murah terutama yang berasal dari nasabah ritel maupun institusi skala menengah untuk mempercepat tren penurunan biaya dana di BTN.
“Peningkatan DPK ritel ditunjang adanya solusi digital berupa superapp Bale by BTN yang terus meningkat di sisi jumlah pengguna dan transaksi, serta Bale Korpora untuk cash management korporasi dari berbagai sektor,” tutur Nixon.
Pertumbuhan kredit dan pembiayaan serta DPK membuat aset BTN naik 12,16 persen (YoY) menjadi Rp503,99 triliun hingga akhir November 2025. Bahkan, total aset tersebut telah melampaui target aset Rp500 triliun yang ditetapkan pada awal tahun 2025.
Lebih lanjut, menjelang akhir tahun ini, BTN juga hampir merampungkan proses pemindahan unit usaha syariah (UUS) ke bank umum syariah yang baru yakni PT Bank Syariah Nasional (BSN), dengan target Day One Operation atau beroperasi secara perdana pada 22 Desember 2025 sesuai timeline yang telah ditentukan.

















