Meski 2024 KB Bank Masih Rugi, Sejumlah Pos Keuangan Alami Perbaikan

- KB Bank alami rugi bersih hingga Rp6,33 triliun pada akhir 2024.
- Kerugian disebabkan oleh beban non-recurring dan revaluasi anak usaha.
- Ada pertumbuhan portofolio kredit lancar, penurunan NPL, dan peningkatan pendapatan bunga bersih.
Jakarta, FORTUNE - PT Bank KB Bukopin Tbk (KB Bank) masih melaporkan kerugian hingga akhir 2024. Meski begitu, sejumlah pos keuangannya menunjukan perbaikan signifikan.
Berdasarkan laporan keuangannya pada Desember 2024, KB Bank mengalami rugi bersih Rp6,33 triliun dari posisi tahun sebelumnya pada Rp6,03 triliun.
Direktur Utama KB Bank, Tom (Woo Yeul) Lee, mengatakan kerugian itu sebagian besar disebabkan oleh pencatatan beban non-recurring yang diperlukan untuk mempersiapkan langkah menuju profitabilitas pada 2025.
"Beban non-recurring tersebut mencakup pencatatan beban pajak tangguhan (deferred tax) sebesar Rp1,42 triliun, yang berkaitan dengan potensi pemulihan Pajak Penghasilan (PPh) di masa depan akibat akumulasi rugi pajak yang belum dikompensasi," kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (14/3).
Selain itu, KB Bank juga melakukan pencadangan senilai Rp1 triliun akibat revaluasi anak usaha. Tom menegaskan pencadangan tersebut tidak berdampak pada struktur permodalan perusahaan.
Meskipun mencetak kerugian, beberapa pos keuangannya justru mengalami pertumbuhan. Dalam hemat Tom, kerugian saat ini adalah langkah strategis perusahaan menyiapkan fondasi yang solid agar KB Bank dapat mencetak laba pada 2025.
Salah satu indikator positif terlihat dari pertumbuhan portofolio kredit lancar (normal loan), yang naik 19,24 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Pertumbuhan itu didorong oleh kinerja positif dari segmen wholesale dan retail yang masing-masing tumbuh 28,89 persen dan 17,43 persen.
Namun, total kredit turun 6,17 persen, dan menurut Tom itu merupakan strategi KB Bank memperbaiki kualitas aset. Kemudian, rasio loan-at-risk (LAR) berhasil ditekan menjadi 23,10 persen dari sebelumnya 39,77 persen.
Perbaikan kualitas aset juga tecermin pada penurunan rasio kredit bermasalah (NPL), dengan NPL gross membaik menjadi 8,74 persen dari tahun sebelumnya 9,70 persen, sementara NPL net turun menjadi 4,38 persen dari 4,95 persen.
KB Bank juga mampu menjaga likuiditas bank dengan pertumbuhan CASA (current account and savings account) sebesar 29,92 persen secara tahunan sehingga mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga 2,85 persen.
Rasio CASA juga membaik menjadi 29,54 persen dari 23,39 persen.
Sementara itu, rasio kecukupan likuiditas (LCR) terjaga pada level 146,84 persen.
Perbaikan fundamental itu turut mendorong peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 49,20 persen secara tahunan menjadi Rp909 miliar. Kenaikan ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga sebesar 12,20 persen serta pengendalian beban bunga yang hanya naik 6,17 persen.
Dengan capaian tersebut, margin bunga bersih (NIM) membaik menjadi 1,31 persen dari sebelumnya 0,78 persen.
Bank akuisisi Korea ini juga mampu menekan beban operasional lainnya sebesar 11,94 persen menjadi Rp1,80 triliun pada 2024 dari Rp2,04 triliun pada 2023.
Kemudian, jumlah beban operasional lainnya mampu ditekan hingga di bawah Rp2 triliun--yang merupakan kali pertama sejak 2012.
“KB Bank telah melalui berbagai tantangan yang berat dalam perjalanan transformasinya menuju lembaga keuangan yang sehat. Dengan berbagai pencapaian positif dan langkah-langkah strategis ini, kami optimis KB Bank dapat mencatatkan laba bersih di tahun 2025 dan menjadi salah satu layanan perbankan terbaik ke depannya,” ujar Tom.