FINANCE

BI Ungkap 3 Fenomena yang Bayangi Pemulihan Ekonomi Global

Ketegangan Rusia-Ukraina pengaruhi kenaikan harga komoditas.

BI Ungkap 3 Fenomena yang Bayangi Pemulihan Ekonomi GlobalIlustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
22 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) memandang, pemulihan ekonomi global yang berlangsung termasuk di Indonesia dibayangi tiga fenomena utama pada beberapa waktu terakhir. 

Demikian mengemuka dalam kuliah umum bertajuk “Mendorong Akselerasi Pemulihan Ekonomi dan menjaga stabilitas di tengah Normalisasi" (21/3). Pada fenomena pertama, normalisasi kebijakan negara maju yang mulai terindikasi dari kenaikan suku bunga AS. 

Oleh karena itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga menekankan pentingnya agenda prioritas finance track Presidensi G20 yang dapat berperan dalam upaya mengatasi fenomena dimaksud. 

BI pun tetap meyakini, ekonomi Indonesia masih akan lebih baik dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan sebesar 4,7-5,5 persen pada tahun 2022. Hal itu didukung oleh peningkatan ekspor dan konsumsi rumah tangga. 

"Animo positif juga datang dari investasi serta stimulus dari Pemerintah dan BI," kata Perry melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin Malam (21/3). 

Banyangan luka di dunia usaha

Pada fenomena kedua, bayangan dampak luka memar juga berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi, antara lain terhadap pemulihan di sektor dunia usaha. 

Selain itu pemulihan ekonomi juga berupaya untuk mentransformasikan sektor riil untuk dapat mendorong daya saing dan produktivitas, serta transisi ke ekonomi hijau dan keuangan yang berkelanjutan. 

Ketegangan Rusia-Ukraina pengaruhi kenaikan harga komoditas

Fenomena ketiga ialah ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang berdampak pada pemulihan ekonomi global. BI menilai, ketegangan tersebut akan berdampak pada kenaikan harga-harga komoditas global, baik energi dan pangan yang berdampak pada inflasi sejumlah negara. 

"Dampak lainnya adalah gangguan dalam mata rantai perdagangan global yang memengaruhi distribusi dan volume perdagangan serta pertumbuhan pada ekonomi global," kata Perry. 

Selain itu, jalur keuangan juga akan berdampak di mana terjadi pembalikan arus modal ke aset yang dianggap aman (safe haven asset) sehingga dapat berdampak pada stabilitas eksternal dan nilai tukar. 

Related Topics