FINANCE

Jelang RDG, Akankah Bank Indonesia Menaikkan Suku Bunga Acuan? 

Ini pertimbangan BI untuk menaikkan bunga acuan.

Jelang RDG, Akankah Bank Indonesia Menaikkan Suku Bunga Acuan? Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo

by Suheriadi

23 June 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta,FORTUNE- Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) periode Juni 2022 akan diumumkan hari ini (23/6) dengan putusan arah suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (BI7RRR). 

Sejumlah pertimbangan kondisi ekonomi Indonesia menjadi bayang-bayang kenaikan bunga acuan BI. Sebut saja laju inflasi Indonesia pada Mei yang naik menjadi 3,55 persen secara year on year (yoy) dari sebelumnya yang hanya 3,48 persen (yoy) pada April. Bahkan, tingkat inflasi ini menjadi rekor tertinggi sejak Desember 2017. 

Badan Pusat Statistik (BPS) menilai peningkatan laju inflasi tahunan terutama didorong oleh konsumsi yang menguat dan mobilitas yang lebih tinggi selama perayaan Idulfitri serta harga pangan dan energi global yang terus meningkat.
 

Jaga inflasi, BI dinilai bakal naikkan bunga acuan 25 bps

Hal itulah yang mendasari Ekonom Celios Bhima Yudhistira untuk memprediksi bunga acuan BI bakal naik 25 basis poin (bps) untuk periode Juni 2022. Selain untuk menjaga inflasi, menurutnya kenaikan bunga acuan di 6 bulan pertama 2022 ini juga untuk mengantisipasi gejolak nilai tukar rupiah. 

"Proyeksi BI menaikkan suku bunga 25 bps untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mengikuti tren kenaikan suku bunga fed rate. Memang dilematis jika BI tetap menahan suku bunga karena inflasi di dalam negeri masih terpantau stabil," kata Bhima saat dihubungi Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (23/6). 

Bhima mengatakan sudah cukup BI menahan tingkat suku bunga acuan selama awal tahun ini untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Dia menilai bunga acuan dinaikkan untuk mengantisipasi gejolak nilai tukar di akhir tahun. 

"Efek dari pelemahan nilai tukar tentunya punya korelasi dengan naiknya pembayaran utang luar negeri beberapa perusahaan dan dapat berakibat pada imported inflation, terutama pangan di semester ke II," kata Bhima. 

Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina juga memprediksi bank sentral bakal mengerek bunga acuan tahun ini. Meski begitu, dia belum bisa memprediksi kapan hal tersebut akan mulai dilakukan. 

So far, kami masih memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga antara 50 hingga 75 basis points tahun ini,” ujarnya ketika konferensi video di Jakarta, Rabu (22/6).

Stabilnya ekonomi RI masih jadi pertimbangan BI tahan bunga acuan

Sementara itu, pandangan lain diungkap Ekonom Bank Permata Josua Pardede yang mempediksi suku bunga acuan BI akan tetap berada di level 3,5 persen pada Juni ini. 

Meskipun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS cenderung melemah sepanjang Juni hingga 1,92 persen (mtd), namun Josua melihat pelemahan rupiah tersebut tidak merefleksikan faktor fundamental. 

"Faktor fundamental ekonomi Indonesia masih cenderung solid mempertimbangkan neraca transaksi berjalan yang tercatat surplus, kinerja ekspor yang ditopang oleh kenaikan harga komoditas global, serta cadangan devisa yang berada dalam level yang sehat," katanya. 

Meski demikian, Josua memandang bank sentral akan mulai menaikkan suku bunga acuannya pada semester II-2022 untuk menjangkar potensi peningkatan inflasi fundamental serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 

Saat ini suku bunga acuan BI berada di level 3,50 persen dan menjadi yang terendah sepanjang sejarah. Angka itu sendiri sudah bertahan sejak Febuari 2021 sebagai respons atas tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19.