FINANCE

Literasi Rendah Buat Masyarakat Rentan Alami 3 Risiko Keuangan

Pengaduan konsumen terkait jasa keuangan capai 13.960.

Literasi Rendah Buat Masyarakat Rentan Alami 3 Risiko Keuanganilustrasi masyarakat di kabupaten/kota (unsplash.com/Fikri Rasyid)
15 September 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 mencatat indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 49,68 persen, padahal indeks inkulusi keuangan RI telah menyentuh level 85,10 persen. Kondisi tersebut membuat adanya gap antara literasi dan inklusi keuangan sebesar 35,42 persen.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi bahkan mengatakan, rendahnya literasi keuangan membuat masyarakat rentan alami 3 risiko keuangan. Kerentanan tersebut ialah kurangnya pemahaman terhadap produk jasa keuangan, rentannya terjerat aktivitas keuangan illegal hingga rentan mengalami kendala dalam akses permodalan.

“Kerentanan yang patut menjadi perhatian kita ialah maraknya aktifitas keuangan ilegal. Dalam hal ini OJK sangat concern,” kata Wanita yang akrab dipanggil Kiki pada acara Monthly Business Clinic (MOBIC) bertajuk Literasi Keuangan, Optimalkan Pembiayaan Dengan Cerdas dan Bijak yang diselenggarakan oleh FIF Group secara virtual di Jakarta, Jumat (15/9).

Pengaduan konsumen terkait jasa keuangan capai 13.960

Monthly Business Clinic (MOBIC) bertajuk Literasi Keuangan, Optimalkan Pembiayaan Dengan Cerdas dan Bijak yang diselenggarakan oleh FIF Group/ (15/9)

Selanjutnya, dari sisi pelindungan konsumen, sejak awal Januari hingga 31 Agustus 2023, OJK telah menerima 198.828 permintaan layanan, termasuk 13.960 pengaduan. Dari pengaduan tersebut, sebanyak 220 diantaranya merupakan pengaduan terkait investasi illegal.

“Pemahaman masyarakat tentang literasi keuangan menjadi salah satu fondasi yang harus diperkuat, agar masyarakat dapat berperilaku bijak dan dapat mengambil keputusan finansial dengan tepat, terutama dalam lingkungan keuangan yang terus berubah,” kata Kiki.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan indeks inklusi keuangan Indonesia mencapai 90 persen di tahun 2024 mendatang. Peningkatan akses keuangan ini dinilai penting untuk mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Hal ini sejalan dengan peningkatan literasi keuangan di masyarakat untuk selanjutnya siap menggunakan segala bentuk akses keuangan yang tersedia.

Sementara itu, FIF Group terus menggencarkan literasi kepada masyarakat terkait pengelolaan keuangan. Pihaknya meyakini bahwa konsumen saat ini semakin melek investasi dan cerdas dalam mengambil keputusan finansial.

Related Topics