Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Analis Kripto: Waspadai Volatilitas pada Awal Tahun

ilustrasi kripto
ilustrasi kripto (pexels.com/Alesia Kozik)
Intinya sih...
  • Potensi pertumbuhan jangka menengah kripto makin kuat.
  • Beberapa faktor kunci akan menentukan arah pasar kripto sepanjang 2026.
  • Bitcoin berpotensi mencetak rekor harga baru hingga US$150.000 pada akhir 2026.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Pasar kripto diprediksi akan memasuki fase transisi penting sepanjang 2026, terjepit di antara tekanan makroekonomi global dan penguatan fundamental jangka menengah. Dinamika suku bunga, arus modal institusional, serta pola akumulasi investor jangka panjang menjadi faktor determinan yang menentukan arah pasar.

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai Bitcoin saat ini berada pada area support struktural yang signifikan, terhitung sejak akhir 2025 hingga memasuki awal 2026. Posisi ini dianggap sebagai batas psikologis sekaligus teknikal bagi pelaku pasar.

“Bitcoin mampu bertahan di atas area US$80.000 pada penutupan bulanan, yang secara historis menjadi zona stabilisasi harga. Namun, tekanan masih terlihat dari sisi likuiditas dan sentimen global,” kata Fyqieh dalam risetnya, dikutip Rabu (31/12).

Dari sisi makroekonomi, kebijakan moneter Amerika Serikat masih membayangi laju pertumbuhan aset digital. Risalah FOMC terbaru mengisyaratkan bahwa Fed cenderung mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu lebih lama (higher for longer). Peluang pemangkasan suku bunga diprediksi baru terbuka setelah Maret atau April 2026, bergantung pada laju deflasi.

Likuiditas global yang ketat ini dinilai menghambat katalis kenaikan harga dalam jangka pendek. Fyqieh memperingatkan adanya risiko downside pada awal 2026 jika data inflasi dan pasar tenaga kerja AS tidak kunjung melandai. Kendati demikian, ia menegaskan bahwa tekanan tersebut berasal dari faktor eksternal, bukan karena pelemahan fundamental sektor kripto.

Memasuki paruh kedua 2026, optimisme pasar justru menguat. Sejumlah analis global memproyeksikan Bitcoin berpotensi mencetak rekor baru hingga level US$150.000 pada akhir tahun. Hal ini didorong oleh adopsi institusi yang masif, meningkatnya penetrasi ETF kripto, serta fungsi Bitcoin sebagai aset lindung nilai (hedging) di tengah tingginya utang pemerintah dunia.

Selain Bitcoin, sektor stablecoin diproyeksikan tumbuh signifikan di atas 50 persen. Tren ini dipacu oleh integrasi kartu pembayaran berbasis stablecoin dan kejelasan regulasi global.

Sisi regulasi juga mencapai babak baru pada 2026. Di Amerika Serikat, pengesahan Clarity Act diharapkan memberikan kepastian hukum yang kokoh. Sementara di Indonesia, RUU P2SK menjadi penentu arah industri dalam negeri ke depan.

Fyqieh menekankan bahwa meskipun regulasi yang lebih ketat dapat memicu volatilitas jangka pendek, kepastian hukum adalah fondasi bagi ekosistem yang berkelanjutan.

“Secara keseluruhan, 2026 kemungkinan besar akan menjadi tahun dengan volatilitas tinggi di awal, namun membuka peluang pemulihan gradual. Fase konsolidasi saat ini adalah proses menuju struktur pasar yang lebih matang,” ujarnya.

Ia pun mengimbau investor tetap disiplin pada profil risiko masing-masing. Menurutnya, arah pasar akan lebih jelas jika Bitcoin mampu melakukan penembusan (breakout) di atas US$105.000 untuk penguatan lanjutan, atau sebaliknya, waspadai risiko koreksi dalam jika harga jatuh di bawah US$80.000.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in Market

See More

Laju Saham IPO 2025 Sejak Pencatatan: 65,38% Menguat, Ini Daftarnya

31 Des 2025, 17:14 WIBMarket