BEI-S&P DJI Rilis 3 Indeks Co-Branding, Ini Daftarnya

Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) dan S&P Dow Jones Indices akan meluncurkan 3 indeks co-branding, yakni indeks S&P/IDX Indonesia ESG Titled Opportunity, S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities, dan S&P/IDX Indonesia Shariah High Dividend pada Senin (3/11).
Tujuannya adalah menyediakan indeks secagai acuan investasi di tengah naiknya minat terhadap strategi investasi pasif dan produk investasi berbasis indeks. Itu terefleksi pada kenaikan porsi net asset value (NAV) produk investasi pasif yang naik dari 1,4 persen (2016) menjadi 20,1 persen (2025).
"Indeks-indeks ini diharapkan dapat memperluas eksposur global saham-saham perusahaan tercatat Indonesia, serta menjadikan saham perusahaan tercatat di BEI semakin kompetitif di pasar regional dan global," kata Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono kepada pers, Selasa (28/10).
S&P/IDX Indonesia ESG Titled Opportunity menghitung performa saham-saham konstituen di S&P Indonesia LargeMidCap Index yang memenuhi kriteria serta memiliki skor tinggi dalam S&P Global ESG Score. Indeks tersebut telah diluncurkan pada 6 Oktober 2025.
Sementara itu, S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities sudah dirilis pada 20 Oktober 2025. Indeks itu menghitung performa 30 stok dengan tingkat pengembalian dividen tertinggi berdasarkan likuiditas dan aspek fundamental.
Yang ketiga adalah indeks dengan saham syariah dengan tingkat pengembalian dividen tertinggi, yang sudah dirilis pada 24 Oktober 2025.
Sebagai partner BEI, pihak S&P Dow Jones Indices yang akan menghitung dan menjalankan ketiga indeks tersebut. Selain itu, BEI dan S&P Dow Jones Indices pun bekerja sama untuk memperluas penggunaan indeks BEI oleh offshore fund managers atau index license di luar negeri.
"Dalam kerja sama ini, S&P menyediakan asistensi dan dukungan untuk memasarkan indeks BEI melalui jaringan dan client base S&P di luar negeri," ujar Denny.
Secara statistik, hingga September 2025, BEI telah memiliki 45 indeks yang digunakan sebagai acuan oleh 74 produk investasi pasif, seperti reksa dana, ETF, ataupun benchmark. Total dana kelolaannya mencapai Rp16,4 triliun.











