Berlanjutnya Insentif HGBT Bawa Angin Segar bagi Emiten Keramik

Jakarta, FORTUNE - Kementerian ESDM resmi melanjutkan insentif harga gas bumi tertentu (HGBT) melalui peraturan baru yang diumumkan pada Jumat (28/2) dengan penetapan kisaran harga gas menjadi US$6,5-7/MMBtu yang akan berlaku surut (retroaktif) dari Januari 2025 dan masa berlaku 5 tahun.
Stockbit Sekuritas menilai bahwa berlanjutnya insentif HGBT akan memberikan sentimen positif bagi emiten produsen keramik, seperti PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA). Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti perpanjangan insentif HGBT memastikan ARNA tetap dapat mengakses gas dengan harga lebih murah, di mana biaya gas merupakan elemen krusial dalam biaya operasional perseroan.
Sebagai informasi, sebelum diperpanjang, insentif HGBT berakhir pada 31 Desember 2024.
“Harga baru dalam insentif HGBT 2025 berlaku secara retroaktif per 1 Januari 2025, sehingga ARNA tidak akan membayar biaya gas sesuai harga pasar yang lebih mahal selama Januari–Februari 2025,” tulis tim riset Stockbit dalam risetnya, Senin (3/3).
Dengan demikian, harga HGBT untuk ARNA naik dari kisaran US$6–6,5/MMBtu menjadi US$7/MMBtu pada 2025. Stockbit memperkirakan, kenaikan harga tersebut hanya akan membuat biaya gas ARNA naik sekitar 10 persen, yang dinilai tidak terlalu tinggi.
“Dengan biaya energi berkontribusi sekitar 32 persen dari biaya produksi pada 2024 dan margin laba kotor yang tinggi di kisaran 34 persen, ARNA hanya perlu menaikkan harga jual rata–rata (ASP) sekitar 2 persen untuk menutupi kenaikan harga gas tersebut, yang menurut kami tidak akan sulit terutama setelah adanya regulasi bea masuk anti–dumping (BMAD) keramik,” ujarnya.
Untuk itu, Stockbit memperkirakan perpanjangan insentif HGBT dengan kenaikan harga yang moderat memberikan kepastian dan stabilitas biaya produksi ARNA. ARNA dinilai akan tetap dapat mencapai pertumbuhan double digit pada 2025 dengan laba bersih sekitar Rp500 miliar.
“Dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sebesar double–digit tersebut, ARNA saat ini diperdagangkan dengan valuasi <10x FY25 PE dan dividend yield sekitar 6–7 persen, yang menurut kami cukup menarik,” tutupnya.
Hingga penutupan perdagangan hari ini (4/3), saham ARNA terpantau melemah 10 poin (1,57 persen) ke level 625 dengan volume perdagangan 26,63 ribu saham dengan nilai transaksi sebesar Rp1,65 miliar.